Selesai kuliah pada awal tahun 72, seperti teman-teman yang lain, saya juga ikut-ikutan ke
Barangkali karena referensi pak Pur dan pak Witono saya dapat diterima juga bekerja di SGV-Utomo. Jadi obsesi saya, begitu dapat pekerjaan pertama-tama yang akan saya beli adalah tas kantor. Obsesi saya ini benar-benar saya laksanakan. Gaji pertama saya belikan tas Echolac. Saya masih ingat waktu itu belinya di pasar Senen diantar pak Witono. Pada masa itu tas Echolac memang lagi nge-trend dan merupakan symbol status pegawai kantoran atau pegawai eksekutif. Sebetulnya secara fungsional tas tersebut kurang bermanfaat, karena dari rumah kita juga tidak membawa apa-apa ke kantor. Sebaliknya kita juga tidak pernah membawa pulang pekerjaan kantor. Tetapi ngantor tanpa membawa tas rasanya koq seperti pengangguran atau seperti pegawai level “klerk”.
Sebagai trainee yunior saya memandang kakanca betul-betul sebagai tokoh idola. Apapun yang dia lakukan atau yang dia kenakan selalu menarik untuk diamati. Yang menarik perhatian saya, para kakanca BRI pada waktu itu umumnya memakai jam merk Mido. Saya mempunyai persepsi, nampaknya jam Mido sudah menjadi trade mark atau identik dengan jamnya kakanca BRI. Sama seperti waktu melihat tas Echolac dulu, sekarang saya ganti nyidam jam Mido. Saya membayangkan betapa gagahnya kalau ke kantor pakai dasi (dulu tidak sembarang staf boleh pakai dasi) dan jamnya Mido. Sampai habis 3 tahun masa job-training saya di Tasikmalaya, keinginan untuk memakai jam Mido belum terpenuhi. Maklum honor trainee waktu itu hanya Rp16.500 sebulan ditambah beras 15 kg.
Sukar dilukiskan dengan kata-kata betapa bahagianya saya pada waktu itu. Barangkali ini merupakan salah satu masa terindah saya di BRI, yaitu untuk pertama kalinya saya bisa mengenakan jam Mido. Jam itu masih saya simpan sampai sekarang. Sudah tidak jalan lagi. Agak susah mencari tukang jam yang dapat memperbaiki jam-jam Mido lama. Atau mungkin di Jogya ada ?
1 komentar:
ada pak di jakarta tukang jamnya jago dan ongkos murah
Posting Komentar