Minggu, 25 November 2007

Lamaran

Yth Ibu Moediono beserta keluarga
Para kerabat dan undangan yang kami muliakan


Assalamu a’laikum wrwb.



  1. Puji syukur ke hadirat Allah Sbwt.

  2. Terima kasih atas kesediaan Ibu Moediono untuk menerima kami beserta seluruh keluarga dimalam ini.

  3. Adapun maksud kunjungan kami pada malam ini : pertama, kami selaku orang tua Satrio Pinandito ingin memperkenalkan diri dan bersilaturahmi dengan keluarga besar Ibu Moediono

  4. Kedua : Memenuhi permintaan anak kami Satrio Pinandito, kami pada malam ini secara resmi ingin melamar putri Ibu Moediono yang bernama Ananda Narita Indriana untuk dapat mendampingi selaku istri dan teman hidup anak kami Satrio Pinandito.

  5. Kami, dan terutamanya anak kami, tentu akan sangat bergembira apabila pada malam ini bisa memperoleh jawaban mengenai diterima atau tidaknya lamaran kami. Namun demikian apabila Ibu Moediono atau Ananda Narita Indriana memerlukan waktu untuk mempertimbangkannya kamipun menyadari sepenuhnya.

  6. Demikian kami telah berusaha untuk mengutarakan maksud kedatangan kami dengan sebaik-baiknya, namun demikian apabila terdapat pemilihan kata-kata yang kurang tepat dan kurang berkenan dihati bapak/Ibu sekalian kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

  7. Akhirnya semoga Allah swt. memberikan berkah dan ridhonya pada peretmuan malam ini, Billahi taufik wal hidayah wassalamua’laikum wrwb.



Penyerahan CPP

Assalamu’alaikum wr.wb

Mengawali acara serah terima ini kami mengajak Bapak/Ibu dan hadirin sekalian untuk memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan taufik dan hidayahnya sehingga pada pagi ini kita semua dapat berkumpul dalam keadaan sehat walfiat.

Salam dan salawat semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan para sahabatnya.

Yang saya hormati Bapak (wakil ortu CPW) sebagai wakil dari keluarga Bapak/Ibu (Ortu CPW)

Mewakili dan mengemban amanat serta kepercayaan dari Bapak/Ibu (Ortu CPP) perkenankan kami menghadap Bapak/Ibu sekalian untuk menyampaikan :

Pertama :

Menyampaikan salam taklim dari Bapak/Ibu (Ortu CPP) untuk Bapak/Ibu (Ortu CPW) sekeluarga semoga Bapak/Ibu selalu mendapatkan barokah sejahtera dalam lindungan Allah Swt.

Kedua :

Melanjutkan pembicaraan2 sebelumnya antara kedua keluarga besar, ijinkanlah kami menyerahkan anak saya calon mempelai pria bernama (CPP) bin …….. dengan permohonan kiranya Bapak/Ibu (Ortu CPW). berkenan untuk menerima dan selanjutnya untuk dinikahkan dengan calon mempelai wanita bernama ananda (CPW) binti ……… secara syariat agama Islam dan tata upacara adat disini.

Bersama ini pula kami serahkan tanda talikasih dari keluarga Bapak/Ibu (Ortu CPP), untuk keluarga Bapak/Ibu (Ortu CPW) , semoga bermanfaat bagi calon penganten berdua dan dapat mempererat tali persaudaraan berbesanan antara kedua keluarga besar.

Kepada Bapak/ibu dan para hadirin sekalian kami harapkan dapat mengiringi acara ini dengan do’a semoga seluruh rangkaian acara pernikahan kedua calon pengantin dapat berjalan dengan selamat, lancar serta mendapat rahmat dan ridho Allah swt.

Akhirnya saya beserta seluruh rombongan mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya apabila terdapat tutur kata dan tindak tanduk yang kurang berkenan dihati Bap/Ibu sekalian.

Sekali lagi semoga pertemuan ini mendapat rahmat dan ridho dari Allah swt.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Penerimaan CPP


Assalamu’alaikum wr.wb

Pertama-tama kami mengajak Bapak/Ibu dan hadirin sekalian untuk memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan taufik, hidayah dan perkenannya sehingga pada pagi ini kita semua dapat berkumpul dalam keadaan sehat walfiat.

Salam dan salawat semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan para sahabatnya.

Yang saya hormati Bapak (Drs Haryono) sebagai wakil dari keluarga Bapak/Ibu (Ir.H.Soembogo Soetjipto )

Mewakili dan mengemban amanat serta kepercayaan dari (Ibu Hasan Basri) perkenankan kami untuk menyampaikan :

Pertama :

Menyampaikan selamat datang dan salam taklim dari (Ibu Hasan Basri) ) untuk Bapak/Ibu (Ir.H.Soembogo Soetjipto ) sekeluarga, semoga Bapak/Ibu selalu mendapatkan barokah sejahtera dalam lindungan Allah Swt.

Kedua :

Kami telah mendengar dan mengerti sepenuhnya maksud dan tujuan kedatangan Bapak/Ibu (Ir.H.Soembogo Soetjipto ) sebagaimana tadi telah diuraikan oleh Bapak (Drs Haryono). Penyerahan calon mempelai pria bernama ananda Bondan Eko Soemeini Putro bin Soembogo Soetjipto telah kami terima dengan baik dan selanjutnya akan kami nikahkan dengan calon mempelai wanita anak kami yang bernama ananda (Leny Puspasari) binti Hasan Basri secara syariat agama Islam dan tata upacara adat setempat.

Dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yg sebesar-besarnya atas pemberian tanda talikasih dari keluarga Bapak/Ibu (Ir.H.Soembogo Soetjipto ), kami yakin pemberian tsb akan sangat bermanfaat bagi calon penganten berdua dan dapat mempererat tali persaudaraan berbesanan antara kedua keluarga besar.

Kepada Bapak/ibu dan para hadirin sekalian kami harapkan dapat mengiringi acara ini dengan do’a semoga seluruh rangkaian acara pernikahan kedua calon pengantin dapat berjalan dengan selamat, lancar serta mendapat rahmat dan ridho Allah swt.

Akhirnya kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan2 atau hal-hal yang kurang pantas didalam penerimaaan kami kepada Bapak/Ibu sekalian beserta seluruh rombongan.

Sekali lagi semoga pertemuan ini mendapat rahmat dan ridho dari Allah swt.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pasrah CPP (Bhs Jawa)



PASRAH SARANA / TUKON, SEKALIGUS MENYERAHKAN CPL


Bismillah hirohman nirohim. A.Wr.Wr. Alhamdulillahi robbil’alamin. Washolatu wassalaamu……dst



Para sesepuh, pinisepuh ingkang dhahat kinurmatan., Bapak/Ibu para rawuh, sumrambahipun para kadang santana saking keluarga calon besan Bapak Suroso ingkang kinurmatan. Langkung rumiyin mangga kita sadaya sesarengan ngunjukaken puji syukur wonten ngarsanipun Allah SWT ingkang sampun paring mapinten-pinten kenikmatan, berkah, rahmat, inayah sarta ridhanipun saengga kita sadaya saged kempal manunggal ing wanci siang punika kanti wilujeng nir ing sambekala.



Saklajengipun, ing mriki kula minangka sulih sariranipun Bapak Ir. Gunarto sekaliyan, bade matur wonten ngarsanipun Bapak / Ibu Suroso


SEPISAN;


Ngaturaken salam taklim, mugi katur wonten ngarso panjenengan Bapak Suroso sekaliyan, sumrambah para keluarga samudayanipun.



JANGKEP ANGKA KALIH:


Anglajengaken pirembagan antawisipun Bapak Ir. Gunarto sekaliyan ingkang hanggadhahi putra kakung ingkang sesulih Bambang Wijanarko, ST kaliyan Bapak Suroso sekaliyan ingkang hanggadhahi putra putri ingkang sesulih Dyah Ayu Wulandari, SE. Panjenenganipun kekalih sampun nyupaketaken anggenipun bade pasederekan, inggih sarana bade bebesanan. Mila saking adreging manah panjenenganipun Bapak Ir. Gunarto sekaliyan anggenipun katampi panglamaripun, pramila ing wekdal punika bade ngaturaken SARANA, minangka jangkeping tata cata cara tiyang sesemahan.



WONDENE ingkang bade kaaturaken wonten ngarsanipun Bpk Suroso inggih puniko:


1. Kitab Suci Al Qur’an, kaliyan sakperangkat sholat


2. Sakperangkat ageman, kangge calon penganten putri (CPP)


3. Sarana ngadisarira, ugi kagem CPP


4. Ageman ingkang arupi pelikan / jenean : gelang, kalung, sesupe


5. Angsal-angsal: samukawis ingkang dipun damel saking ketos, inggih jadah, wajik, lemper lan sapanunggilanipun sarta oleh-oleh sanesipun ingkang mboten kula sebat setunggal-setunggal


6. Pisang sanggan, kelapa gading, jeram gulung utawi jeram bali, tebu wulung


Catatan: Disebut sesuai apa yang dibawa !!!



JANGKEP ANGKA TIGA:


Saklajengipun, bapak Ir. Gunarto sekaliyan, ugi ngaturaken bubuh / redana ingkang awujud arta. Mugi-mugi kenginga kadamel ngenteng-enthengi anggenipun Bapak Suroso sekaliyan anetepi darmaning asepuh, inggih amengku gati amiwaha putra.



KAJAWI PUNIKA, saking panyuwunipun Bapak Gunarto sekaliyan, ing mriki kula pasrahaken CPL ingkang sesulih Bambang Wijanarko, ST. Kanti panyuwunan mbok bilih sampun dumugi titiwanci kados ingkang sampun karonce, mugia calon penganten saged kaijabna miturut tata cara agami Islam, saha adat sarta budaya ingkang lumampah ing papan / tlatah mriki.



MINANGKA PUNGKASING ATUR, mbok bilih Bapak Gunarto sekaliyan anggenipun ngaturaken sarana wonten kuciwa lan kekiranganipun, nyuwun agunging samodra pangaksami. SEMANTEN UGI kula minagka sulih sarira panjenenganipun Bapak Gunarto sekaliyan mbok menawi wonten galap gangsuling atur ugi nyuwun pangapunten ingkang katah. Wa bilahi taufik walhidayah, Ws,Wr,Wr.Nuwun.



PAMITAN: (Apabila diperlukan saja)


Kepareng matur dhumateng panjenenganipun Bapak Suroso sekaliyan, kanthi ngucap Alhamdulillah,sarehning menapa ingkang dados ancasing sedya inggih pasrah sarana tuwin ijabing penganten sampun paripurna, kula sadaya keparenga nyuwun pamit. Mboten langkung nyuwun tambahinh pangestu, mugi lampah kula sarombongan winantu ing basuki, mboten wonten alangan satunggal punapa. Mboten kesupen, mbok bilih sowan kula sak rombongan wonten kiraning trapsila, tuwin kedaling basa ingkang kirang mranani kula sepisan malih nyuwun agunging samudra pangaksami.Nuwun.

Wong Solo



Judul tulisan ini sengaja kami buat “Memahami wong Solo”, bukan memahami orang Jawa, karena memang orang Solo berbeda dengan orang Surabaya, orang Semarang, orang Banyumas, walaupun semua yang terakhir ini oleh orang luar sering disebut orang Jawa. Bahkan orang Solo berbeda dengan orang Yogya. Orang Solo pakai beskap, orang Yogya pakai surjan. Orang Solo pakai blangkon, orang Yogya pakai mondolan. Sampai saat ini orang Solo masih bertengkar terus dengan orang Yogya, masing-masing mengklaim sebagai pusatnya kebudayaan Jawa. Sebetulnya dulu sama, tetapi Belanda yang membeda-bedakan agar antara keraton Solo dan Yogya tidak bersatu menjadi satu kekuatan politik dan militer yang kuat. Bahkan antar keluarga Yogya atau keluarga Solo sendiri juga dipecah-pecah. Sehingga di Yogya sekarang kita mengenal ada Kasultanan dan Pakualaman, di Solo kita mengenal ada Kasunanan dan Mangkunegaran.

Priyayi Solo

Jaman dulu, didalam tatanan masyarakat Solo kelompok ningrat, bangsawan atau golongan berdarah biru, mempunyai derajat yang paling tinggi. Kemudian menyusul kelompok ambtenaar atau priyayi, baru kelompok pedagang. Priyayi, walaupun banyak pula yang menyandang gelar, bukan termasuk kelompok ningrat, sebagaimana yang diduga orang selama ini. Priyayi adalah mereka yang duduk dalam infrastruktur administrasi Hindia Belanda di Indonesia. Mereka ini berpendidikan Belanda (HIS, HBS, MULO), dan menduduki jabatan-jabatan seperti onderwijzer (guru), opziener (penilik), beheerder(kepala kantor), commies(komis) dan jabatan-jabatan di pangreh praja. (Baca Priyayi-priyayi karangan Umar Khayam)

Menjadi priyayi merupakan idaman setiap orang pribumi, karena gajinya besar, bisa bergaul dan Nederlands spreken (ngomong bahasa Belanda) dengan orang-orang Belanda. Ini juga menjelaskan mengapa orang-orang Jawa dulu selalu bercita-cita menyekolahkan anaknya setinggi mungkin agar bisa menjadi pegawai negri. Golongan ningrat menganggap profesi pedagang sebagai pekerjaan rendah, tukang menipu, kulakan (modalnya) Rp100,- bilangnya Rp150,-. Orang kraton tidak ada yang mau berdagang, karena dianggap akan menjatuhkan martabatnya. Kalaupun ada kesempatan berbisnis, biasanya tidak dikerjakan sendiri tetapi diserahkan ke Cina.

Dulu orang-orang kaya Solo adalah pengusaha batik yang tinggal mengelompok di satu daerah namanya Laweyan. Mereka ini mendapat julukan galgendu (pengusaha kaya) Ada cerita orang Laweyan yang saking kayanya sampai-sampai dinding dan bak kamar mandinya ditempeli uang emas semua. Walaupun mereka ini kaya-kaya sekali namun tidak pernah ada yang mendapat anugerah gelar kebangsawanan dari keraton. Sebaliknya ada seorang Cina yang rajin memelihara, meneliti dan membukukan pusaka-pusaka kraton mendapat gelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT).

Tidak to the point

Orang Solo sering dituduh kalau punya maksud bicaranya melingkar-lingkar, tidak straight to the point. Berbeda dengan orang Surabaya yang lebih lugas dan straightforward. Untuk yang tidak mengerti memang benar, agak melingkar-lingkar. Untuk orang Solo sendiri sebetulnya ini merupakan tehnik diplomasi yang tinggi. Kalau misalnya saya mau pinjam mobil ke Pak Indaryono, yang sama-sama orang Solo, saya akan datang kerumahnya dan mengatakan : “ Pak Indar, sebetulnya besok itu saya ada rencana mau ke Sragen, ada undangan manten, tetapi mobil saya masih di bengkel”. Pak Indaryono sebagai orang Solo, tanggap in sasmito langsung bisa menangkap : Wah Pak Roes ini pasti mau pinjam mobil. Kalau Pak Indar berkenan meminjamkan mobilnya beliau akan mengatakan : “Lha monggo, pakai mobil saya saja kebetulan saya juga tidak kemana-mana.” Kalau Pak Indar tidak berkenan, beliau akan mengatakan : “ Wah kebetulan saya sendiri besok mau ke Semarang, nengok besan sakit.” Dalam hal ini saya tidak akan merasa sakit hati ditolak, karena toh saya tidak pernah mengatakan mau pinjam. Sebaliknya Pak Indar juga tidak perlu merasa bersalah, toh tidak pernah mengatakan menolak. Pas dengan filsafat Jawa, menang tanpo ngasorake (menang tanpa mengalahkan). So the business is settled, nobody gets a hard feeling.

Bagimana caranya orang Solo minta tambah minum ? Waktu bulan kemarin saya ke Solo nengok ibu, saya sempat mampir kerumahnya mas Sarasno (terakhir Inspektur Jogya) di Ngasem, Kartosuro. Tidak lama setelah duduk, suguhan keluar. Teh panas manis kenthel, pisang goreng sama kacang rebus. Ngobrolnya kesana kemari asyik sekali, tau-tau teh di gelas sudah habis, tapi ditunggu-tunggu koq nggak diisi lagi. Wah ini harus pakai tehnik melingkar lagi. Saya akan pura-pura bertanya : “ Mas dalan mburi ngomah kuwi joge nang endi.?” (Mas jalan belakang rumah itu nyampainya ke mana ?) Tetapi dalam kosakata bahasa Jawa jog juga bisa berarti tambah. Mas Sarasno segera tahu kalau saya minta tambah teh lagi,

Pemimpin adalah rojo

Orang Solo percaya bahwa seseorang bisa menjadi raja karena mendapat “pulung”, semacam wahyu. Kalau dia mendapat kesempatan menjadi pemimpin, apakah itu pemimpin cabang, pemimpin wilayah atau direktur, dia percaya bahwa telah mendapat “pulung”, yang orang lain tidak memilikinya. Jadi bukan hanya karena pandai saja. Makanya di Jawa ada ungkapan ketiban pulung, artinya kejatuhan rejeki. Sang pemimpin akan menganggap dirinya sebagai “rojo”(raja). Apalagi kalau dia benar-benar masih keturunan ningrat. Raja bebas berbuat apa saja terhadap kawulanya. Raja bebas mendekati kawulanya, guyon, bercanda, bicara dengan bahasa Jawa ngoko(bahas Jawa kasar), tetapi kawula tidak. Kawula tetap harus hormat dan menjaga jarak terhadap rajanya.

Hati-hati kalau anda punya bos orang Solo. Kalau kemudian dia kelihatan begitu akrab dengan anda, relaks, suka bercanda, cengengesan, jangan cepat-cepat GR. Kalau dia ngajak ngomong Jawa ngoko, jangan coba-coba membalas dengan ngoko. Jangan coba-coba pula ikut cengengesan. That’s a very serious offence. Anda tetap harus menjawab dengan bahasa Jawa halus, kalau bisa. Kalau tidak bisa lebih baik menggunakan bahasa Indonesia saja. Jadi lebih enak jadi orang Padang yang bisa ngomong Jawa. Kalau ngomong Jawanya kasar orang maklum, tetapi kalau bisa ngomong halus wah hebat kali kau. Mohon maaf kepada orang-orang BRI yang pernah menjadi bawahan saya.

Sombongnya orang Solo

Bagaimana orang Solo memamerkan kekayaannya ? Coba simak dialog antar ibu-ibu berikut pada suatu pertemuan arisan. Bu Dibyo : “Coba mbakyu apa ndak pusing, itu lho Heny, masak masih SMA saja dikasih uang saku Rp100.000,- sehari ndak cukup.” Bu Puji : “ Dasar anak sekarang, itu lho jeng, Anto, baru kuliah semester 1 saja sudah minta BMW 318i. Ya sudah, terpaksa saya belikan daripada nggak mau sekolah.” Sebetulnya kedua ibu ini tidak bermaksud mengeluhkan kenakalan anak-anaknya, tetapi hanya ingin memamerkan bahwa mereka mampu memberi uang Rp100.000 sehari atau membelikan BMW seri terbaru.

Sehabis sholat Jum’at di Kanpus saya sempat ngobrol dengan Pak Djokosantoso (waktu itu Dirut BRI). Saya katakan : “Pak sekarang ini hasil tromol Jum’at semakin baik, tidak pernah kurang dari Rp1 juta. Hanya minggu kemarin saja dapatnya sedikit , cuma Rp500.000,-. “Kenapa ?” : tanya Pak Djoko dengan nada curiga. “Karena minggu kemarin saya tidak Jum’atan disini. Ha…ha..ha..” Jawab saya sambil cepat-cepat ngeloyor pergi. Nah ini juga termasuk sombongnya orang Solo. Untuk yang non-muslim kalau pengin tahu artinya tromol Jum’at, silahkan tanya sama temannya yang muslim.

Prasmanan tidak jalan

Anda pernah menghadiri undangan resepsi perkawinan di Solo ? Disana ada istilah USDEK, singkatan dari Unjukan (minuman + kue), Sop, Dahar (makan), Es (pudding) dan Kondur(pulang). Tamu-tamu yang datang akan langsung mengambil tempat duduk yang telah disediakan. Umumnya mereka datang tepat waktu, sebab kalau anda terlambat bisa mengganggu prosesi dan anda akan klincutan (malu) sendiri. Setelah semua undangan hadir dilanjutkan dengan upacara adat. Selesai upacara adat hidangan akan disajikan dengan urutan unjukan, sop, dahar, ditutup dengan es atau pudding. Sambil menikmati hidangan anda dihibur dengan tari-tarian atau ular-ular (nasehat) perkawinan. Dengan keluarnya es berarti ini isyarat bahwa tamu-tamu dipersilahkan kondur (pulang). Temanten berdua didampingi kedua orang tua akan menuju ke pintu keluar untuk menerima ucapan selamat dan doa restu dari para undangan.

Orang Solo agak canggung datang ke undangan dengan sistem prasmanan. Mereka terlalu gengsi untuk mengambil makanan sendiri. Prinsipnya saya ini kan diundang dengan hormat, koq disuruh ngambil makanan sendiri, ya dilayani dong.

Humor Solo

Seperti orang Jogya, orang Solo dikenal mempunyai rasa humor yang tinggi. Hanya, guyonnya orang Solo sering dikiritk agak cynical. Ada orang Solo minum es campur di warung. Setelah hampir habis baru tahu kalau ada seekor lalat didalam gelasnya. Dia tidak akan marah, tetapi malah pesan es lagi : “mBak minta es campur lagi tapi nggak pakai lalat ya.” Si mbak ini rupanya tidak mau kalah : “Pakai coro(kecoak) saja ya mas.”

Di Bandung saya pernah mau makan mi kocok di restoran Kabita, karena katanya terkenal mi kocoknya enak. Saya tunggu-tunggu sampai setengah jam belum datang juga pesanan saya. Saya panggil pelayannya, saya pesan : “Neng, ulah lami-lami nya ngocokna.” (mBak jangan lama-lama ya ngocoknya)

Mas Mardi, asal Banjarsari, kebetulan mau ke Jakarta naik kereta ekonomi Senja Utama. Kereta penuh sekali sehingga terpaksa harus berdiri. Tiba-tiba dia merasa kakinya terinjak oleh pria yang sama-sama berdiri disebelahnya, Mula-mula didiamkan saja, tetapi lama-lama terasa sakit. Mas Mardi tidak tahan lagi : “Mas, mas apa sampeyan anggota ABRI.” “Bukan”, jawab pria itu. “Apa punya saudara ABRI”, “Ndak”, jawabnya lagi. “Apa punya teman-teman ABRI”. “nDak, memangnya kenapa “? tanya pria itu. “Kalau bukan maaf mas tolong jangan diinjak kaki saya.” kata mas Mardi.

Di Jogya ada minuman hangat yang terkenal namanya bajigur, yaitu sejenis minuman yang dibuat dari santan yang dimasak dengan daun pandan dan gula merah. Minuman ini kurang laku si Solo. Kata “bajigur” di Solo adalah kata untuk misuh (mengumpat), sedikit lebih halus dari kata “bajingan”. Bagi orang Solo yang dididik dalam lingkungan tata krama halus, agak sulit untuk mengucapkan kata bajigur. Jadi kalau kita ke warung kepengin minum bajigur sering serba salah. Mau pesan bajigur lidah terasa kelu untuk mengucapkannya, tidak pesan sering keduluan penjualnya :”Bajigur mas ?”, gantian kita yang di-pisuhi.

Pak Djokosantoso, waktu masih menjabat Dirut BRI, ketika berkunjung ke Kanwil Semarang untuk memberikan pengarahan mengenai transformasi organisasi sempat mengeluh. “Mas, orang Semarang ini bagaimana, Dirut cape-cape memberikan pengarahan koq tidak ada keploknya (tepuk tangannya).” kata beliau. Sebagai orang Solo saya jawab pelan-pelan : “Mohon maaf Pak, kalau di Semarang yang biasanya dikeploki itu doro (merpati).” Jadi di Jawa itu kalau ada burung merpati baru keluar rumah biasanya ditepukin ramai-ramai supaya terbang tinggi ke angkasa.

Alon-alon

Untuk ukuran Jakarta ritme kehidupan di Solo terasa lamban sekali. Alon-alon asal kelakon. Di sana tidak ada bus kota, angkot atau tukang becak rebutan penumpang. Bus kota yang sering saya naiki kondisinya masih bagus sekali, sebagus lima tahun yang lalu, karena tidak pernah kebut-kebutan rebutan penumpang. Orang Solo juga sering dituding terlalu nrimo. Sebetulnya bukan nrimo, hanya saja orang Solo tidak mau upaya mencari materi di dunia ini mengganggu keseimbangan bathinnya. Siapa orangnya yang tidak ingin kaya, tetapi tidak usah ngoyo. Semuanya sudah ada yang mengatur, yang Diatas. mBok-mbok yang jualan nasi liwet langganan ibu saya, bisa menyekolahkan anaknya di Gajah Mada. Buat apa cepet-cepetan, yang datang duluan belum tentu lebih senang dari kita, Buat apa rebutan rejeki, yang lebih kaya belum tentu lebih bahagia dari kita. Di kantor kalau kita naik pangkat duluan kadang-kadang malah terasa risi, terkucil, seolah-olah keluar dari circle.

Lantas apakah orang Solo statis dan tidak kreatif. Saya kira tidak juga. Pasar Klewer adalah pusat perdagangan textil yang terbesar di Jawa Tengah. Dibanding dengan Semarang dan Jogya, tingkat pertumbuhan ekonomi paling tinggi justru di Solo. Campursari yang sekarang ini popularitasnya nomor dua setelah dangdut, lahir di Solo. Pinca-pinca yang di tempatkan di Kanwil Jogya, kalau disuruh memilih antara Semarang, Solo dan Jogya pasti milih Solo.

Perubahan

Solo sekarang sudah banyak berubah, terutama untuk generasi mudanya. Mereka meninggalkan Solo selepas SMA untuk sekolah dan mencari nafkah di tempat lain. Di tempat yang baru mereka menyerap nilai-nilai baru. Generasi tua sudah banyak yang tiada, tanpa sempat mewariskan nilai-nilai luhur budaya Solo. Solo dulu terkenal dengan sebutan kota yang tidak pernah tidur, banyak warung jajanan yang mulai buka jam 10.00 malam sampai pagi. Sesudah kerusuhan Mei 1998, warung-warung tadi bukanya sore, jam 10.00 sudah tutup. Harga makanan juga sudah mulai mahal. Yang makan nasi liwet Wongso Lemu, Keprabon, umumnya wisatawan atau orang Solo yang sudah lama tinggal di luar. Bakmi godog Pak Hardjo, Pasarkembang, satu porsi Rp7.000,-, hampir sama dengan harga bakmi Jawa di Pejompongan.

Pamit

Tidak terasa malam semakin larut, udara semakin dingin dan saya harus cari becak untuk pulang ke mBaturan, rumah ibu. Becak Solo agak berbeda dengan becak Jakarta atau Surabaya. Tempat duduknya lebih lebar serta lebih menyandar ke belakang. Kalau jaraknya agak jauh pasti ngantuk, tertidur. Saya pernah mempunyai pengalaman naik becak yang sedikit mengharukan. Belum lama saya duduk, tukang becaknya bertanya : “Saiki neng endi Roes ?” (Sekarang di mana Roes) Dengan agak terkejut saya menengok kebelakang. Rupanya dia Tembong, teman baik saya waktu di SD dulu, yang tidak mampu untuk melanjutkan sekolahnya. Alhasil, saya kasih dia Rp50.000 untuk ongkos becak yang biasanya cuma Rp2.000. Tidak apa-apa, for old time’s sake. Saya tidak tahu apakah dia sekarang masih kuat narik becak. Saya harus bersyukur masih bisa bekerja dan pensiun dengan selamat dari BRI.

Tiba-tiba salah seorang tukang becak teriak-teriak :” Den pakai becak saya saja, ditanggung pasti tidak digigit nyamuk.” Ada apa lagi ini, naik becak koq tidak digigit nyamuk. Saya mendekat sambil bertanya :”Lho apa hubungannya naik becak dengan digigit nyamuk ?” “Soalnya becak saya pakai tiga roda,” jawabnya sambil menyanyi ……nyamuk ini cuma takut tiga roda……. Wah tukang becak ini pasti terlalu sering nonton iklan obat nyamuknya Basuki. Sekian dulu, maturnuwun.

Mungkinkah manfaat pensiun naik?

Lagu kebangsaan yang sudah menjadi semacam lagu klasik, yang yang selalu dinyanyikan para pensiunan setiap kali kumpul-kumpul adalah “kapan pensiun naik?”. Tentu yang dimaksud bukan kenaikan berkala sebesar 4% yang selama ini telah dinikmati. Yang ditunggu-tunggu adalah kenaikan manfaat pensiun yang cukup memadai untuk menghadapi biaya hidup yang terus meningkat. Penantian ini telah berlangsung cukup lama, sehingga hampir seperti “Menunggu Godot”, (salah satu judul drama terkenal karya WS Rendra).


Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap upaya-upaya perbaikan kesejahteraan pensiunan yang telah dilakukan pendiri(Direksi BRI), harus dicatat bahwa sejak tahun 2000 belum pernah ada kenaikan maanfaat pensiun yang berarti, diluar kenaikan berkala diatas. Memang selama ini telah diberikan beberapa bentuk perbaikan seperti kenaikan prorata sebesar Rp100.000,-, penetapan manfaat pensiun minimum sebesar Rp400.000,-, pemberian bantuan kompensasi tunai (BKT) sebesar Rp100.000,-, kenaikan uang Tunjangan Hari Raya, namun kebijakan-kebijakan diatas sifatnya ad hoc(sesaat), parsial dan tidak terjamin kelangsungannya. Jadi walaupun secara finansial bermanfaat untuk kelompok pensiunan tertentu, secara menyeluruh tidak tidak ada peningkatan yang signifikan atas manfaat pensiun yang diterima. Bahkan khusus untuk BKT, karena disektor pemerintah juga terdapat program yang hampir serupa yaitu bantuan langsung tunai, maka konotasinya seolah-olah memberi bantuan warga miskin.

Kenaikan manfaat pensiun berkala sebesar 4% per tahun didesain untuk mengimbangi kenaikan biaya hidup, sehingga diharapkan para pensiunan dapat mempertahankan tingkat kesejahteraannya. Namun ketika biaya hidup terus meningkat dengan laju yang lebih cepat dari kenaikan manfaat pensiun, dan ini telah berlangsung utnuk waktu yang cukup lama, maka yang terjadi adalah proses pemiskinan secara struktural pada pensiunan BRI. Kita masih ingat waktu belajar Pengantar Ilmu Ekonomi dulu, kalau i (tingkat inflasi) lebih tinggi dari delta I (penghasilan) maka MPC(marginal propensity to consume) atau rasio dari penghasilan yang dibelanjakan akan meningkat dan MPS(marginal propensity to save) atau kemampuan untuk menabung menurun. Pada saat ini masih terdapat pensiunan yang menerima manfaat dibawah upah minimum regional (UMR), meskipun untuk propinsi yang paling rendah tingkat biaya hidupnya.

Sangat ironis, ketika kinerja Bank BRI semakin berkibar, justru nasib pensiunan BRI semakin terpuruk. Mengutip semonan (Jawa: sindiran halus) pak Djokosantoso Moeljono pada acara halal bihalal pensiunan beberapa tahun lalu : Ibaratnya BRI sedang mengadakan pesta kebun dengan membakar sate, para pensiunan hanya terkena asap dan menghirup baunya.tetapi tidak ikut makan satenya (Soedjani, B, Info Agustus 2007). Tulisan singkat ini tidak bermaksud untuk menggugat kenaikan manfaat pensiun, tetapi mencoba membuat kajian secara sederhana tentang apakah Dana Pensiun BRI dan Pendiri secara finansial mampu memperbaiki kesejahateraan pensiunan BRI. `Analisis kami usahakan sepraktis dan sesederhana mungkin, dengan harapan mudah dicerna oleh para pensiunan yang awam tetang penegelolaan dana pensiun. Bagi fihak-fihak yang lebih kompeten diharapkan dapat menindak lanjuti dengan analisis yang lebih tajam dengan didukung data yang lebih akurat.

Konsep pendanaan


Dalam teori pembiayaan perusahaan tradisional yang selama ini kita kenal (financial management) dijelaskan bahwa kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya di masa yang akan datang akan sangat dipengaruhi oleh aliran kas yang akan diterima dimasa yang akan datang (future cash flow). Jadi, kalau teori ini diterapkan didalam pengelolaan dana pensiun, maka kemampuan sautu dana pensiun(DP) untuk menaikkan manfaat pensiun tergantung dari aliran kas yang akan diterima setiap tahunnya. Sebagai ilustrasi : kalau misalnya aliran kas masuk suatu DP setiap tahunnya Rp400 milyar, sedang manfaat pensiun(MP) yang dibayarkan kepada peserta setiap tahunnya Rp200 milyar, maka berarti DP ini bisa menaikkan MP dua kali lipat. Sebagian besar pensiunan umumnya masih mempunyai persepsi seperti ini.

Nah kalau begitu, kita naikkan saja MP dua kali lipat. Tunggu dulu, masalahnya tidak sesederhana ini. Sebab kalau seluruh uang Rp400 milyar tadi kita bayarkan semua untuk peserta pensiun saat ini, maka berarti untuk pegawai BRI yang masih aktif, yang nanti juga akan pensiun, tidak tersedia pendanaannya. Jadi didalam mengelola program pensiun kita tidak menggunakan manajemen keuangan yang tradisional` tetapi menggunakan manajemen aktuaria.

Secara aktuaria akan dihitung berapa kewajiban finansial yang harus dipenuhi DP kalau program pensiun ini akan diteruskan selamanya. Kewajiban finansial terdiri dari manfaaat(future benefits) yang akan diterima peserta pensiun saat ini dan pegawai yang masih aktif termasuk manfaat akan akan diterima para janda dan anak-anaknya kalau peserta pensiun nanti sudah meninggal dunia. Untuk dapat membayar kewajiban finansial ini harus disediakan harta kekayaan dengan nilai tertentu yang kalau dikelola dan dikembangkan akan cukup untuk memenuhi kewajiban finansial DP dimasa yang akan datang.

Sebelum membahas lebih lanjut, barangkali perlu sedikit dijelaskan tentang konsep nilai sekarang (present value). Kalau saya mempunyai kewajiban untuk membayar seseorang di tahun depan sebesar Rp110.000,-, dan apabila bunga bank yang berlaku saat ini 10%, maka sekarang saya cukup menyediakan Rp100.00,- agar dapat memenuhi kewajiban finansial saya. Jadi, Rp100.000,- adalah nilai sekarang dari kewajiban saya yang akan datang sebesar Rp110.000,-. Dalam terminologi manajemen dana pensiun nilai sekarang dari seluruh manfaat yang akan dibayarkan kepada peserta pensiun, baik yang aktif maupun belum, disebut kewajiban aktuaria (present value of future benefits). Sedang kekayaan DP, yang dapat terdiri dari uang kas, simpanan di bank, surat berharga, saham, penyertaan, properti, disebut kekayaan bersih.

Rasio atau kemampuan pendanaan dihitung dengan membandingkan antara kekayaan bersih dengan kewajiban aktuaria. Jadi kalau kekayaan bersih lebih kecil dari kewajiban aktuarianya maka dikatakan DP tsb dalam kondisi “unfunded atau mengalami kekurangan pendanaan. Sedang kalau kekayaan bersih sama atau lebih besar dari kewajiban aktuarianya maka DP tsb. dikatakan dalam kondisi “funded”.

Setiap perubahan kebijakan dari Pendiri, baik yang menyangkut manfaat pensiun maupun pemberian remunerasi kepada pegawai aktif, akan mempengaruhi perhitungan aktuarianya. Pada gilirannya akan mempengaruhi kondisi pendanaan suatu DP. Apabila perubahan kebijakan tersebut akan mengakibatkan kondisi pendanaan menjadi “unfunded”, maka menurut undang-undang, Pendiri mempunyai kewajiban untuk mengisi kekurangannya dengan menyetor iuran tambahan. Iuran tambahan ini tidak harus disetor sekaligus, namun dapat diangsur sampai 10 tahun.

Gambar 1 menunjukkan perkembangan kekayaan bersih, kewajiban aktuaria dan rasio pendaanaan Dana Pensiun BRI dari tahun 2002-2007. Walaupun tidak ada kenaikkan manfaat pensiun, pertumbuhan kewajiban aktuarianya cukup tinggi dari tahun ke tahun. Hal ini terutama berasal dari perhitungan kewajiban aktuaria untuk pegawai BRI yang masih aktif, yang saat ini sudah mencapai lebih 40.000 orang.

Gambar 1 : Perkembangan kekayaan bersih dan kwajiban aktuaria DP BRI dari 2002-2007




















































































Dalam jutaan rp







Tahun


Kekayaan


Kewajiban


Rasio


Pertumbuhan



bersih


Aktuaria


Pendanaan


kekayaan







2002


3,184,410


3,634,481


87.62%



2003


3,691,172


4,174,631


88.42%


506,762


2004


4,500,133


4,977,473


90.41%


808,961


2005


5,089,650


5,386,872


94.48%


589,517


2006


5,890,894


5,851,808


100.67%


801,244


2007


6,544,904


6,466,174


101.22%


654,010







Sumber : Dana Pensiun BRI





Rasio pendanaan vs pertumbuhan kekayaan

Dari Gambar 1 diatas terlihat bahwa dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 kondisi pendanaan masih defisit atau “unfunded”, walaupun rasio pendanaannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Mulai tahun 2006 Dana Pensiun BRI sudah dalam kondisi surplus atau “funded”. Kita ucapkan selamat kepada Direksi Dana Pensiun BRI yang telah berhasil mengelola dan mengembankan kekayaan dana pensiun dengan baik.

Rasio pendanaan hanyalah salah satu kriteria keberhasilan pengelolaan suatu program pensiun. Kriteria lain adalah kemampuan untuk mengembangkan kekayaannya, karena dari pengembangan kekayaan inilah yang akan menentukan apakah suatu DP mampu menaikkan manfaat pensiun atau tidak. Banyak dana pensiun yang bertahun-tahun dalam kondisi “funded” tetapi tidak mampu menaikkan manfaat pensiun karena pertumbuhan kekayaannya kecil sekali.. Pertumbuhan kekayaan suatu DP berasal baik dari kenaikan aliran kas yang berasal penghasilan bunga, dividen dan iuran Pendiri maupun dari pertambahan nilai (capital gain) dari surat berharga, saham, serta revaluasi penyertaan dan properti.

Kekayaan Dana Pensiun BRI saat ini mencapai Rp6,5 trilyun, nomor 2 di Indonesia sesudah Dana Pensiun Telkom. Selama kurun waktu 5 tahun kekayaan telah bertumbuh dari lebih dari 200%, dengan pertumbuhan rata-rata mencapai Rp673 milyar per tahun. Jadi sebetulnya dari beberapa kriteria diatas, Dana Pensiun kita ini sudah sangat ideal sekali karena disamping sangat kaya, juga kondisi pendanaannya surplus, dan tingkat pertumbuhannya tinggi. Pertanyaannya : Mengapa Pendiri sampai saat ini masih belum berani menaikkan manfaat pensiun ?

Sebagaimana diuraikan diatas, setiap kenaikkan manfaat pensiun akan mempenguruhi perhitungan kewajiban aktuaria baik untuk peserta pensiun maupun untuk pegawai aktif, dengan konsekuensi Pendiri harus melakukan setoran iuran tambahan apabila terjadi kekurangan dalam pendanaan. Dalam kondisi jumlah pegawai BRI yang sangat besar dan struktur penggajian yang sudah tinggi, dapat dibayangkan kenaikkan kewajiban aktuaria sebagai akibat kenaikkan manfaat pensiun akan sangat besar sekali. Sedang kenaikan belanja pegawai BRI sebagai akibat naiknya iuran tambahan, untuk memenuhi naiknya kewajiban aktuaria, akan sangat mempengaruhi rugi laba BRI. Barangkali hal-hal inilah yang masih menjadi kekawatiran bagi Pendiri untuk menaikkan manfaat pensiun.

Namun kalau melihat pertumbuhann kekayaan Dana Pensiun BRI, kekawatiran tersebut seharusnya tidak perlu terjadi. Marilah kita berhandai-handai misalnya : tahun 2008 manfaat pensiun kita berikan tambahan kenaikkan antara 5-10%. Akibat dari kenaikan ini, akan terjadi defisit dalam pendanaan sebesar, katakan Rp3 trilyun. Konsekuensinya Pendiri harus mengisi defisit tersebut sebsar Rp3 trilyun, atau menyetor iuran tambahan sebesar Rp300 milyar per tahun selama 10 tahun. Dengan pertumbuhan kekayaan yang hampir mencapai Rp700 milyar per tahun, saya optimis bahwa dalam waktu 4 tahun defisit tersebut telah tertutup. Jadi Pendiri tidak akan terbebani terlalu lama didalam melakukan iuran tambahan, karena begitu defisit tersebut tertutup maka Pendiri tidak perlu lagi membayar iuran tambahan.

Disamping itu dari pengalaman kami pada waktu diperiksa Departemen Keuangan cq. Direktorat Dana Pensiun, mereka tidak terlalu konsern dengan masalah kekurangan pendanaan. Mereka menilai Dana Pensiun BRI memiliki dua kekuatan : pertama, pendirinya (BRI) adalah BUMN yang besar yang merupakan going concern yang akan eksis untuk selamanya. Kedua, pertumbuhan kekayaan Dana Pensiun BRI sangat besar.

Apa yang harus dilakukan?

Melihat kondisi dan perkembangan kekayaan Dana Pensiun BRI diatas saya berkeyakinan bahwa Dana Pensiun BRI mampu untuk manaikkan manfaat pensiun. Sudah barang tentu perlu analisis dan simulasi yang lebih tajam untuk mengkaji sampai sejauh mana Dana Pensiun dan pendiri mampu menaikkan manfaat pensiun. Masalahnya, kewenangan untuk menaikkan MP tidak berada ditangan DP BRI tetapi ditangan pendiri, Jadi perlu suatu forum untuk meyakinkan pendiri bahwa DP BRI sebenarnya mempunyai kemampuan finansial untuk memperbaiki kesejahteraan pensiunan.

Mengingat DP BRI sering tidak dalam posisi untuk mengajukan usulan-usulan yang menyangkut nasib pensiunan, maka Pengurus Besar (PB) harus mengambil alih tugas ini. Forum komunikasi antara pendiri, DP dan PB harus lebih intensif diadakan. PB juga harus menguasai seluk beluk dan masalah-masalah tehnis pengelolaan program pensiun, agar dapat berdikusi dengan pendiri dan DP dengan level pengetahuan yang seimbang. Kalau perlu, sebelum berdiskusi PB dengan bantuan aktuaris dapat melakukan simulasi alternatif kenaikan manfaat pensiun dengan berbagai konsekuensi aktuarianya.

Saya sering menyampaikan kepada Direksi BRI, bahwa memperbaiki kesejahteraan pensiunan itu ibaratnya mengisi bak kamar mandi. Jangan ditunggu sampai airnya kosong, karena untuk mengisinya sampai penuh akan sangat melelahkan. Begitu pula untuk memperbaiki nasib pensiunan, sebaiknya setiap 2 tahun sekali diusahakan ada tambahan kenaikan sekitar 5%-7%, jangan ditunda-tunda agar konsekuensi pendanaannya tidak terlalu memberatkan pendiri. Semoga tulisan ini bermanfaat.




Hubungan antara PB dengan Pendiri dan Dana Pensiun BRI

Pada saat ini terdapat 3 fihak yang sangat berperan didalam upaya-upaya yang menyangkut perbaikan nasib dan masa depan penisunan BRI, yaitu Pengurus Besar Persatuan Pensiunan (PB PP) BRI, Pendiri atau Direksi BRI dan Dana Pensiun (DP) BRI. Ketiga organ ini seluruhnya dikelola oleh orang-orang yang berasal dari satu almamater, yaitu BRI, baik yang masih aktif maupun yang sudah pensiun. Di perusahaan lain dapat ditemukan dana pensiun yang sepenuhnya dikelola oleh professional yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan pendiri maupun pensiunan. Ini terjadi karena perusahaan tersebut tidak mempunyai cukup tenaga yang ahli dibidang keuangan.

Tidak mengherankan apabila pengalaman sewaktu masih berdinas di BRI maupun hubungan emosional dimasa lalu banyak mewarnai komunikasi dan hubungan kerja diantara ketiga organisasi ini. Padahal dari secara legal masing-masing organ ini merupakan entitas yang terpisah (separate entity) yang memiliki hak, kewajiban dan otonomi sendiri. Tulisan singkat ini bermaksud memberikan masukan bagaimana seharusnya masing-masing fihak memposisikan dirinya dan berkomunikasi satu sama lain.

Pengurus Besar dan Pendiri

Persatuan Pensiunan(PP) BRI adalah organisasi dan satu-satunya wadah resmi pensiunan pegawai BRI yang dibentuk oleh pensiunan untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan pensiunan BRI. Pengurus dipilih oleh dan dari para pensiunan yang dipercaya dan dinilai mampu serta bersedia untuk melayani kebutuhan para pensiunan di tingkat cabang. Jadi kualifikasi untuk bisa menjadi pengurus PP adalah dapat dipercaya(amanah), mampu, dan bersedia. Dari ketiga kriteria ini, umumnya kriteria yang terakhir (mempunyai waktu dan bersedia) yang paling sulit ditemukan. Harap diingat bahwa menjadi pengurus PP lebih banyak merupakn tugas sosial, karena tidak mendatangkan keuntungan finansial. Mekanisme pemilihan kepengurusan ini kurang lebih sama baik di tingkat Cabang , Komda sampai ke Pengurus Besar.

Kalau di koperasi kekuasaan tertinggi berada di tangan rapat anggota , di Perseroan Terbatas berada di Rapat Umum Pemegang Saham maka untuk PP BRI berada ditangan anggota melalui forum Musyawarah Besar (MUBES). Siapa yang akan menjadi Ketua Umum adalah sepenuhnya pilihan anggota melalui mekanisme MUBES. Fihak-fihak diluar pensiunan BRI tidak bisa mempengaruhi, menentukan atau meminta seseorang tertentu untuk menjadi ketua umum. Bahkan Direksi BRI-pun tidak dapat mempengaruhi atau menentukan siapa-siapa yang bisa menjadi Ketua Umum PB PP BRI. Hal ini sudah kita buktikan dengan beberapa kali MUBES.

Sudah barang tentu kualifikasi yang harus dimiliki oleh seorang ketua umum jauh lebih tinggi daripada seorang ketua PP. Disamping pengetahuan dan pengalaman dibidang organisasi, ketua umum juga diharapkan memiliki kualifikasi antara lain:

a. Menguasai permasalahan program pensiun BRI termasuk aspek-aspek keuangan dan bisnis pengelolaan Dana Pensiun BRI.

b. Dapat bekerja sama baik dengan pengurus Dana Pensiun BRI maupun dengan anak-anak perusahaan dilingkungan DP BRI.

  1. Kritis, analitis dan mampu mengikuti perkembangan permasalahan yang dihadapi oleh BRI, Dana Pensiun maupun Anak-anak Perusahaan.
  2. Mampu berkomunikasi dengan Direksi BRI/Pendiri secara independen (mandiri) pada posisi yang sederajat.

Dari mekanisme pemilihan pengurus diatas membuat persatuan pensiunan BRI ini sebagai organisasi yang independen atau mandiri. Independen dalam arti PB tidak berada dibawah siapa-siapa dan tidak menginduk kepada organisasi lain. Bahkan PB independen dari Direksi BRI dan tidak menerima perintah dari BRI. Hubungan antara PB dan Direksi BRI adalah sejajar karena Ketua Umum tidak diangkat oleh Pendiri(Direksi BRI). Posisi PB adalah satu level dengan pendiri. Komunikasi antara PB dengan pendiri lebih banyak membahas isu-isu strategis yang menyangkut kesejahateraan pensiunan bukan masalah-masalah yang sifatnya tehnis operasional. Bahkan untuk masalah-masalah atau kebijakan yang sangat mendasar akan mempengaruhi nasib pensiunan, PB mempunyai hak untuk meminta penjelasan kepada pendiri. (semacam interpelasi)

Disamping sifatnya yang independen, ciri yang ke dua dari organisasi PB adalah sifatnya yang demokratis. Proses pemilihan Ketua Umum PB berlangsung sangat demokratis, dimana calon-calon diajukan oleh anggota dan dipilih oleh anggota secara bebas dan terbuka. Desakan anggota untuk menyelenggarakan MUBESLUB pada bulan Maret yang lalu, menunjukkan betapa demokratisnya organisasi pensiunan ini. Ketika terjadi kevacuuman kepemimpinan karena meninggalnya Pak Djumeri, diambil kebijakan untuk mengangkat ketua kolektif. Karena didalam anggaran dasar tidak dikenal adanya jabatan ketua kolektif, maka anggota tetap menuntut agar ketua yang baru dipilih melalui MUBESLUB.

Pendiri dan Dana Pensiun BRI

Direksi BRI, dalam hubungannya dengan pensiunan disebut sebagai Pendiri, karena yang mendirikan Dana Pensiun (DP)BRI. DP didirikan untuk melaksanakan tugas pokoknya atau misinya yaitu : memelihara kesinambungan penghasilan pegawai BRI setelah purna tugas dari BRI. Aplikasi dari misi ini adalah pengelolaan kekayaan DP dan pelayanan kepada para pensiunan yang berupa administrasi dan pembayaran manfaat pensiun. Walaupun didirikan oleh pendiri(BRI), Undang-undang No 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun menetapkan bahwa dana pensiun adalah badan hukum yang berdiri sendiri terpisah dari pendirinya. Pengurus atau direksi dana pensiun mempunyai otonomi didalam menjalankan kegiatan sehari-harinya, termasuk dalam mengelola investasinya sepanjang tidak melanggar arahan investasi sebagaimana yang digariskan dalam Undang-undang atau arahan investasi dari pendiri.

Dikeluarkannya UU No 11 th 1992 adalah dalam rangka melindungi kepentingan pensiunan dengan mencegah intervensi yang terlalu dalam dari pendiri terhadap manajemen DP sebagaimana yang pernah terjadi ketika DP masih berbadan hukum yayasan.(YDP BRI). Kita tentu masih ingat pada waktu itu Kantor Pensiun BRI, yang merupakan unit kerja YDP BRI, ditempatkan sebagai salah satu urusan di kantor pusat dan Direktur Personalia secara ex-officio menjadi ketua yayasan. Mudah dimengerti kalau pada waktu itu cukup banyak kebijakan investasi yang diambil direksi BRI yang tidak sepenuhnya untuk kepentingan terbaik (the best interest) pensiunan, seperti investasi tanah dan bangunan yang kurang produktif, penyertaan pada Bank Industri serta pembelian keanggotaan pada beberapa klub golf.

Walaupun undang-undang menjamin otonomi DP, namun DP tidak sepenuhnya independen karena pengangkatan pengurus/direksi DP dan penetapan rencana kerja tahunan masih merupakan kewenangan pendiri. Jadi hubungan antara Pendiri dengan DP seharusnya lebih menyerupai hubungan antara pemegang saham dengan direksi perusahaan, bukan seperti hubungan antara Kantor Pusat BRI dengan Kantor Wilayah atau antara Kantor Wilayah dengan Kantor Cabang.

PB dan DP BRI

Pensiunan BRI mempunyai hak untuk ikut mengawasi pengelolaan DP BRI dengan duduk sebagai anggota Dewan Pengawas DP BRI. Undang-undang DP menjamin hak pensiunan untuk menjadi anggota Dewan Pengawas. Peraturan Dana Pensiun BRI pasal 12 ayat 5 menyatakan salah satu anggota Dewan Pengawas adalah : 1(satu) orang wakil dari pensiunan yang diajukan oleh organisasi resmi pensiunan yang diakui pleh pendiri. Kemandirian PB memberikan hak sepenuhnya untuk menunjuk siapa yang akan mewakili pensiunan BRI untuk duduk dalam Dewan Pengawas. Perlu di klarifikasi bahwa pendiri tidak mengangkat tetapi hanya mengesyahkan anggota Dewan Pengawas dari unsur pensiunan. Siapa yang akan ditunjuk diserahkan sepenuhnya kepada PB, yaitu yang dinilai PB mampu dan mempunyai kompetensi untuk mengawasi DP BRI.

Dari uraian diatas, kalau saya menempatkan posisi PB dengan pendiri adalah sejajar, maka dari segi pengawasan, PB lebih tinggi dari DP BRI. Hal ini karena PB melalui wakilnya dapat ikut mengawasi manajemen DP. Sedang dari segi pelayanan kepada pensiunan, Dana Pensiun adalah mitra kerja PB dalam rangka memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada pensiunan BRI. Komunikasi PB dengan DP lebih banyak menyangkut hal-hal yang bersifat tehnis operasional sehari-sehari, yaitu untuk masalah-masalah yang masih dalam batas kewenangan DP.

Harapan

Harapan kami kepada PB agar nilai-nilai organisasi yang sangat berharga dan telah dimiliki selama ini, yaitu sebagai organisasi yang mandiri dan demokratis dapat dipertahankan. Dalam rangka memperjuangkan kepentingan dan aspirasi anggotanya, PB hendaknya mampu berkomunikasi dengan Direksi BRI/Pendiri secara independen pada posisi yang sederajat atau pada level yang sama. Memang harus diakui bahwa PB sering dalam posisi yang memohon fasilitas dan kebaikan hati pendiri dalam memperbaiiki kesejahteraan pensiunan. Untuk itu PB harus pandai-pandai membina hubungan kerja yang sebaik-baiknya dengan pendiri, karena kewenangan untuk memperbaiki nasib pensiunan berada ditangan pendiri. Namun kalau sampai dihadapkan pada situasi dimana harus memilih antara membela kepentingan pensiunan dengan menjaga hubungan baik dengan Pendiri, PB harus berani memilih untuk membela pensiunan BRI karena untuk tujuan itulah organisasi ini didirikan.

Internet itu mudah dan murah



Sejarah internet


Internet bermula dari adanya kebutuhan dari fihak militer di Amerika Serikat (AS) akan suatu sistem komunikasi elektronik yang handal yang dapat menjamin komunikasi tetap berjalan meskipun dalam keadaan perang. Sistem ini pertama kali dipergunakan oleh Departemen Pertahanan AS pada tahun 1969 dengan nama ARPANET, merupakan suatu sistem komunikasi multi-jaringan (multi-network communication system) yang di-desain khusus untuk keperluan militer.


Karena multi-jaringan, maka apabila salah satu atau beberapa jaringan tidak berfungsi baik karena rusak, hancur atau macet karena terlalu banyak pengguna (crowded), jaringan lain masih bisa melayani. Jadi ibaratnya kita naik mobil dari Blok M mau ke Monas, biasanya kita menggunakan rute Sudirman, Thamrin dan Jl Merdeka. Kalau kebetulan Sudirman macet, maka sistem akan mengalihkan ke Kuningan, atau Tebet atau Grogol atau jalur lain yang masih kosong.


Pada awal tahun 80-an sitem ini mulai dikembangkan untuk melayani komunikasi bagi fihak-fihak non-militer seperti lembaga riset, universitas, dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya. Pada tahun 1983 ARPANET dipecah menjadi dua jaringan : MILNET, yang khusus melayani keperluan militer dan ARPANET yang melayani non-militer dan sampai sekarang lebih dikenal dengan nama internet (inter-network).


Didalam perkembangannya internet tidak hanya sekedar alat komunikasi, tetapi menjadi bank data yang menyediakan informasi mengenai apa saja dari seluruh penjujru dunia, yang dapat dilihat, dibaca, di-kopi, disimpan atau dikirim kepada yang memerlukan oleh siapa saja yang mempunyai akses internet.


Tidak berkelebihan kalau dikatakan dengan penggunaan internet telah terjadi revolusi komunikasi. Di negara-negara maju sebagian besar kegiatan bisnis, rumah tangga maupun perorangan dapat dilakukan dengan media internet. Membaca berita, mengumpulkan informasi, mencari referensi, melakukan transaksi keuangan (bank), berbelanja, pesan ticket, booking hotel, membayar tagihan-tagihan, mengirim surat atau sekedar ngobrol (chatting) semuanya bisa dilakukan kapan saja, dimana saja dengan media internet.


Fenomena yang sama juga sudah mulai terjadi di Indonesia. Universitas Gajah Mada melayani pendaftaran mahasiswa baru melalui internet. Transfer BCA dapat dikirim melalui fasilitas klik.BCA. Pesan kamar di Hotel Santika bisa melalui internet. Air-Asia, maskapai penerbangan milik Malaysia, tidak membuka kantor penjualan dan hanya melayani pemesanan ticket melalui internet.



Apa yang diperlukan untuk berinternet ria


Pertama-tama jelas kita harus mempunyai perangkat komputer, bisa yang desktop atau laptop, yang dilengkapi dengan fasilitas modem agar komputer kita dapat tersambung dengan jaringan telpon. Komputer-komputer keluaran pertengahan 90-an umumnya sudah dilengkapi modem.


Setelah peralatan siap, kita harus mendaftar ke perusahaan jasa internet (provider) seperti cbn.net atau radnet, karena perusahaan-perusahaan ini yang akan menghubungkan komputer kita dengan jaringan internet di seluruh dunia. Untuk jasa yang diberikan provider memungut biaya langganan antara Rp200 ribu sampai Rp500 ribu per bulan ditambah biaya pulsa kalau pemakaian internet kita melebihi kuota yang diperjanjikan.


Dari provider kita akan memperoleh identitas pengguna (User ID) yang gunanya untuk meng-akses internet. Disamping itu kita juga bisa membuat alamat surat elektonik (e-mail address) untuk keperluan surat menyurat secara elektronik.


Cara ini adalah cara yang mahal dan umumnya penggunanya kantor-kantor, perusahaan, sekolah atau mereka yang pekerjaannya memerlukan waktu berjam-jam tersambung dengan fasilitas internet.


Ada cara yang lebih murah yaitu dengan menggunakan provider Telkomnet milik PT Telkom. Kita tidak perlu membayar uang langganan, cukup biaya pulsa sesuai lamanya pemakaian internet. Jadi kita bisa mengatur lamanya penggunaan internet sesuai dengan kekuatan kantong kita. Kalau penggunaan internet kita lebih banyak untuk komunikasi surat elektonik (e-mail), maka jauh lebih murah menggunakan Telkomnet ini.


Caranya ? Kita harus memasang aplikasi Telkomnet di komputer kita agar bisa tersambung ke jaringannya Telkom. Untuk lebih jelasnya silahkan menanyakan ke pak Koyo yang baru saja memasang Telkomnet di komputernya.


Di Jakarta, juga mungkin di kota-kota besar lain, cukup banyak restoran, rumah sakit atau hotel yang menyediakan fasilitas hot-spot, yang memungkinkan pelanggan melakukan kegiatan internet tanpa sambungan kabel (wireless). Untuk itu laptop kita harus dilengkapi alat yang namanya Wi-fi. Laptop keluaran terbaru rata-rata sudah dipasangi alat ini.


Jadi sambil makan-makan dengan rekan bisnis, kita bisa menghubungi kantor untuk minta dikirimi informasi yang diperlukan tentang perusahaan kita. Sekarang, seiring dengan kemajuan tehnologi, telpon genggam merk-merk tertentu mempunyai fasilitas internet.



Bagaimana kalau tidak punya telpon atau komputer ?


Bagi yang tidak mempunyai telpon atau komputer tidak usah khawatir, karena kita bisa menggunakan jasa warung internet (warnet). Warnet menyewakan komputer dengan fasilitas internet yang memungkinkan kita melakukan penjelajahan (browsing) di dunia maya atau melakukan komunikasi elektronik dengan tarif sewa sekitar Rp5000 per jam.


Dulu sebelum Warta Pamitran(WP) mempunyai e-mail sendiri, kalau mengirim naskah selalu saya alamatkan ke e-mailnya Agung, putranya pak Koyo. Kemudian saya kirim SMS ke pak Koyo memberitahukan supaya kiriman naskah saya diambil di warnet terdekat. Jadi walaupun tidak mempunyai komputer tidak ada salahnya membuat alamat e-mail untuk keperluan komunikasi via internet.



Tentang alamat e-mail


Fungsi dari alamat email (e-mail address) adalah seperti kotak surat (mail box) dimana kita bisa membuka surat-surat yang masuk atau mengirim surat-surat keluar. Kotak surat ini hanya kita yang bisa membukanya, orang lain tidak bisa. Apabila kita menggunakan jasa provider kita akan memperoleh alamat email yang dikelola oleh provider yang bersangkutan.


Sebagai contoh, kalau kita berlangganan cbn.net maka alamat e-mail kita akan tertulis : roes_haryanto@cbn.net.id. Namun perlu diingat bahwa tidak semua provider terhubung dengan fasilitas mail box secara global. Apabila demikian halnya maka kalau kita kebetulan di luar daerah atau di luar negri tidak akan bisa membuka mail box kita.


Untuk mengatasi hal ini kita harus memilih provider yang mempunyai fasilitas mail box global atau kita membuat alamat e-mail yang dikelola oleh jaringan email global seperti yahoo.com. Yahoo adalah perusahaan jasa internet kelas dunia yang salah satu produknya menyediakan pelayanan email kepada siapa saja tanpa bayar alias gratis.


Sebagai ilustrasi, alamat email WP adalah wp_sukoyo@yahoo.com. Ini berarti kalau kebetulan pak Koyo sedang jalan-jalan ke luar negri, maka diamana saja pak Koyo berada setiap waktu bisa membuka kotak e-mailnya, membacanya, kemudian memberikan petunjuk-petunjuk kepada anggota redaksi lainnya di tanah air.


Salah satu kelebihan Telkomnet adalah disamping murah, kita terpaksa menggunakan alamat e-mail semacam yahoo.com karena Telkomnet tidak mengelola fasilitas kotak surat sendiri. Telkomnet hanya media agar komputer kita dapat terhubung dengan jaringan internet dunia.


Akhirnya saya ucapkan selamat kepada WP yang telah memasuki era internet dan kepada anggota Pamitran lainnya saya ucapkan selamat mencoba.