Senin, 03 Desember 2007

Cara memakai jas


Ada pemandangan yang agak berbeda yang dapat kita catat sesudah bank-bank berubah status menjadi persero, yaitu semakin banyaknya pejabat bank yang memakai jas untuk ke kantor. Begitu pula yang terjadi di bank BRI. Kebiasaan ini dimulai dengan datangnya pak Iwan Prawiranata dari Bank Exim (1992), yang nampaknya disana sudah lama menerapkan budaya jas.
Walaupun tidak ada peraturan tertulis, pejabat BRI segera menyesuaikan dengan menanggalkan baju safarinya dan mulai ramai-ramai bikin jas baru. Namun tren ini tidak terjadi di BRI saja, di bank-bank pemerintah lainpun juga beralih dari “safari” ke “jas”. Di bank swasta sudah lama menggunakan jas sebagai business attire sehari-hari. Dikalangan perbankan barangkali yang masih setia dengan safari hanya Bank Indonesia, terutama untuk pejabat-pejabatnya di daerah.
Sekarang, dikantor wilayah kalau ada rapat kerja umumnya pakai jas semua. Untuk acara penghargaan Sistem Insentif Peningkatan Kegiatan (SIPK) BRI Unit, biasanya bagi para pemimpin cabang (Pinca) keatas diminta memakai jas. Tetapi ini belum merata, karena memang tidak ada surat edaranya (SE) yang mengharuskan Pinca memakai jas. Jadi kalau Peminpin Wilayahnya (Pinwil) ingin tampil beda, maka bisa saja dia melarang para Pincanya untuk memakai jas. Khusus untuk acara SIPK, memang ada baiknya Pinca memakai jas. Dulu, seluruh peserta memakai pakaian kerja yang sama, sehingga susah membedakan mana Kaunit mana Pinca. Bukan hal yang aneh. Dengan kemajuan BRI Unit, termasuk kesejahteraan karyawannya, banyak Kaunit yang tampil lebih gagah dari para Pinwil-nya.
Di negara barat, tempat asalnya jas, terdapat berbagai jenis jas Di sana dibedakan antara apa yangt disebut suit, blazer, dan sportcoat atau jacket. Semua benda-benda tersebut , apaka itu suit, blazer atau sportcoat, kalau dibawa ke Indonesia namanya menjadi jas. Jas bukan pakaian kita sehari-hari, jadi banyak diantara kita yang tidak bisa membedakan mana suit, mana blazer dan mana yang sportcoat. Walaupun tidak ada aturan tertulisnya, namun ada semacam konvensi kapan harus memakai suit, dan kapan kita cukup memakai blazer saja atau dalam even-even mana anda seharusnya tidak memakai sportcoat.
Perlukah kita mengetahui pemakaian masing-masing jas ini? Di Indonesia orang mungkin tidak terlalu peduli dengan jenis jas yang kita pakai. Di lingkungan pergaulan internasional, kesalahan didalam memilih jenis jas yang tepat bisa mengurangi penghargaan orang kepada kita. Penulis pernah mendapat mengikuti seminar “How to sell to western customer” . Didalam sesi “Tehnik presentasi yang efektif” diberikan pelajaran tentang cara-cara berpakaian agar dapat tampil profesional. Tulisan berikut diharapkan dapat membantu pembaca didalam memilih jas yang tepat sesuai dengan situasinya.

Suit
Didalam kamus Concise Oxford Dictionary, The New Edition for 1990s, suit didefinisikan sebagai : a set of outer clothes of matching material for men, consisting usually of a jacket, trousers, and sometimes a wistcoat. Jadi suit adalah setelan pakaian laki-laki yang terbuat dari bahan yang sama yang biasanya terdiri dari jas, celana dan kadang-kadang rompi.
Suit dipakai pada acara yang sifatnya sangat resmi seperti, pelantikan pejabat, raker, menghadap presiden atau menteri, atau untuk menghadiri acra-acara yang sifatnya seremonial. Umumnya berwarna gelap, bisa dark blue atau dark grey, bisa dengan model single-breasted (SB) dengan dua kancing atau double-breasted(DB) dengan satu atau dua kancing.
Suit dengan SB bisa dipakai dengan kancing dilepas atau terpasang. Perlu diingat apabila dalam keadaan terkancing, hanya satu kancing atas saja yang terpasang, bukan dua-duanya, juga bukan kancing bawah. Perhatikan, Presiden SBY selalu memakai jas kancing tiga dalam keadaan terpasang semua. Ini salah. Untuk DB usahakan selalu dalam keadaan terkancing, karena justru dalam posisi inilah kegagahan DB kelihatan. Baik untuk SB maupun DB sebaiknya kancing dalam keadaan terbuka apabila anda sedang duduk, karena disamping memberi keleluasaan gerak juga akan nampak lebih rapi. Kalau SB dapat dikenakan oleh semua orang, sebaliknya DB hanya disarankan untuk mereka yang mempunyai postur tubuh agak tinggi dan tidak terlalu gemuk.
Agar tampak semakin resmi, untuk suit orang umumnya memilih kemeja warna putih polos dengan dasi yang agak konservatif. Dasi dengan dasar gelap bermotif garis-garis, kotak-kotak, wajik atau bulat-bulat kecil adalah contoh dasi konservatif. Dasi-dasi komtemporer dengan motil bunga (floral design) atau warna-warna eksotik biasanya tidak dianjurkan untuk acara-acara resmi (perhatikan penampilan presiden Bush atau perdana menteri Tony Blair dalam acara-acara resmi).
Negara-negara yang terkenal konservatif dalam berbusana adalah Inggris, Jepang dan Amerika Serikat(AS) bagian timur (New Yorker). Profesi yang biasanya sangat fanatik dengan suit adalah : politisi, negarawan dan eksekutif bisnis, khususnya dari bisnis keuangan atau bankir. Bahkan sampai ke sepatupun, kalangan eksekutif keuangan mempunyai pilihan sendiri. Sepatu kulit warna hitam, bertali dengan model klasik bermotif lubang dekoratiof kecil-kecil dianggap sepatunya para eksekutif keuangan. Pokoknya dari jas, kemeja, dasi sampai sepatu melambangkan konservatisme.

Blazer
Menuriut kamus yang sama blazer didefinisikan sebagai : a colored, often striped, summer jacket worn by schoolchildren, sportmen, especially as part of a uni form, or a man’s plain jacket, often dark blue with golden buttons, not worn with matching trousers. Atau kurang lebih artinya : jas bagian atas yang tebuat dari bahan yang ringan, sering dengan motif garis-garis dan berwarna menyolok, yang merupakan bagian dari pakaian seragam atau, jas warna gelap dengan kancing emas yang dipakai dengan celana yang warnanya berbeda. Kombinasi warna yang sering dipakai antar lain celana abu-abu dengan jas hitam, celana warna khaki dengan jas biru, atau celana krem dengan jas burgundi. Jadi sederhananya, kalau ada orang pakai jas yang tidak sama dengan celananya dapat dikatakan orang tersebut memakai blazer.
Blazer dipakai untuk acara-cara yang tidak terlalu resmi, seperti presentasi, seminar, undangan makan malam yang tidak terlalu formal, perjalanan bisnis atau untuk pakaian kerja sehari-hari. Orang-orang Perancis, Itali dan AS bagian barat (west coast) termasuk yang paling hobi memaki blazer untuk kegiatan sehari-hari. Profesi yang umumnya lebih menyukai mengenakan blazer antara lain : akademisi (dosen), salesmen, agen asuransi, dealer mobil, komentator olah raga dan presenter TV.
Sebagaimana suit, blazer dapat SB atau DB. Berbeda dengan suit, untuk blazer pemilihan kemejanya dapat lebih fleksibel. Kemeja tidak harus putih, dapat biru muda, krem, kuning gading, atau bermotif garis-garis yang tidak mencolok. Kemeja denga model buttoned-down (ujung kerah memakai kancing) akan membuat pemakai blazer nampak semakin keren. Begitu pula untuk dasinya, dapat memakai dasi yang lagi “in” seperti dasi dengan motif bunga, binatang atau dasi-dasi dengan corak dan warna yang lebih berani.
Di Indonesia blazer-lah nampaknya yang lagi ngetren. Dulu kita hanya pakai jas kalau akan pergi ke undangan saja. Sekarang, kalau untuk ke kantor saja harus pakai suit rasanya kok seperti mau ke undangan. Sebagai jalan tengahnya, kita ke kantor pakai blazer. Jadi, kelihatanya sudah pakai jas tetapi rasanya tidak terlalu formal. Disamping itu blazer dapat dibuat dari bahan yang ringan, sehingga lebih nyaman dipakai untuk udara tropis.

Sportcoat
Sportcoat or jacket is man’s jacket, usually light colored, for informal wear. Jadi sportcoat adalah jas bagian atas dengan warna terang untuk acara-acara yang tidak resmi. Sportcoat kebanyakan dengan motif kotak-kotak kecil atau beras. Di AS sportcoat banyak dipakai oleh senior citizens (orang-orang lanjut usia) tanpa dasi. Pembaca acara di TV, sport comentators, penyelenggara bazaar atau country fair termasuk yang banyak memakai jas model ini. Sportcoat juga nyaman dipakai untuk melakukan perjalanan wisata.
Untuk keperluan musim semi dan musim dingin banyak jas yang dedesain dengan model sportcoat dari bahan wool. Karena pemakaiannya yang tidak resmi, maka kombinasi antara jas, kemeja dan dasi sangat bebas sekali. Jadi sering di TV kita lihat orang pakai kemeja biru, celana coklat dengan jas coklat muda kotak-kotak besar. Perhatikan pakaian Sony Tulung dalam acara Family 100.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa sportcoat sangat tidak dianjurkan untuk dipakai pada acara-acara resmi atau setengah resmi. Orang mungkin masih bisa menerima melihat pemakai blazer pada acara-acara resmi, tetapi sportcoat pasti akan menjadi bahan gunjingan orang. Pernah di lantai 21 Gedung BRI 1 diselenggarkan acara serah terima jabatan pejabat eselon dua. Didalam undangan memang tidak disebutkan jas model apa yang harus dipakai. Salah seorang undangan tampak datang dengan memakai sportcoat tebal dengan motif kotak-kotak. Seorang konsultan BRI yang kebetulan hadir menghampiri penulis, sambil bercanda dia berkomentar : “Pak Roes, looks like that gentleman overthere is freezing.” Sambil bercanda pula saya menjawab : “ Oh lord, please forgive him, he doesn’t know hat he’s doing.”
Di AS restoran-restoran tertentui atau kasino meminta pengunjung berpakaian “smart casual”. Disini anda dapat memakai sportcoat tanpa dasi, celana slack(bukan jean) serta sepatu yang bukan jenis sepatu olah raga. Kalau permintaanya “jacket and tie” berarti minimal anda harus mengenakan blazer atau jacket berdasi.

Beberapa tip
Kalau anda sedang memakai jas cobalah minta pendapat orang lain, anak-anak atau istri, apakah jatuhnya pas, necis atau tidak. Jangan minta pendapat bawahan, karena mereka akan selalu memberi pendapat “ABS” (asal bapak senang). Kalau kelihatan kurang pas, lain kali kalau membikin jas berirtahukan sama penjahitnya untuk diperbaiki mana-mana yang masih kurang. Kalau masih kurang pas juga, ganti penjahit.
Penullis sudah mencoba 5 penjahit untuk membikin jas, sebelum akhirnya dapat memilih penjahit yang paling pas. Tidak ada satu penjahit yang cocok untuk semua orang. Untuk merka yang badannya ukuran internasional, membeli jas jadi barangkali lebih mudah. Namun untuk yang ukurannya badannya agak “kate” susah juga.
Agar kelihatan lebih chic, ujung lengan kemeja sebaiknya sedikit menyembul keluar dari lengan jas. Dalam keadaan lengan menggantung kebawah, maksimum hanya menyembul ½ cm. (Dikira-kira saja, tidak perlu kemana-kemana membawa penggaris). Jangan memakai dasi dengan leher kemeja yang tidak terkancing, karena akan memberi kesan sloppy. Kalau lehernya tidak bisa dikancingkan, ganti baru saja. Kalau ingin memakai manzet sebaiknya memilih kemeja yang cuff-nya (ujung lengan) dobel. Tie pin (penjepi dasi) di negara-negara barat sudah mulai ditinggalkan. (Jakarta, 1995)

Tidak ada komentar: