Amerika Serikat (AS) adalah
negara terkaya di dunia. Produk domestik brutonya (PDB) mencapai $15 trilyun
per tahun (PDB Indonesia $1 trilyun) atau 20% dari total PDB dunia menurut
nilai nominal. Namun demikian tidak berarti tidak pernah punya masalah dengan hutang.
Dari tahun ke tahun pemerintah AS selalu dililit hutang dengan jumlah yang
sangat fantastis. Dalam debat calon presiden AS, salah satu isu utama yang
dibahas adalah bagaimana presiden mendatang akan mengatasi defisit anggaran
belanja. Masalah defisit menjadi sangat penting karena berhubungan langsung
dengan hutang pemerintah AS yang terus membengkak dari tahun ke tahun.
Defisit terjadi apabila
penerimaan dalam APBN lebih kecil dari pengeluaran. Selisih ini harus ditutup
dari sumber lain. Pemerintah AS
menutup defisitnya dengan menerbitkan surat
hutang. Karena surat
hutang ini diterbitkan oleh Department of
Treasury maka dikenal dengan sebutan Treasuries.
Di AS kita menegnal Treasury-bills yang
berjangka kurang dari 1 tahun, Treasury
Notes berjangka 2 sampai 10 tahun dan Treasury
Bonds yang berjangka lebih 10 tahun.
Surat hutang ini dijual ke masyarakat umum
seperti investor individu, perusahaan, negara lain dan the Fed atau Bank
Sentralnya Amerika, dan dapat diperdagangkan secara bebas di pasar uang dan
modal. Disamping hutang ke publik,
pemerintah AS juga berhutang kepada badan antar pemerintah untuk
membiayai program jaminan sosial (social
security).
Selama 4 tahun terakhir
pemerintahan Obama, defisit anggaran belanja AS tidak pernah kurang dari dari
$1 trilyun per tahunnya. Untuk tahun anggaran 2012 APBN AS
mencatat pengeluaran $3,8 trilyun dan penerimaan $2,5 trilyun, dengan defisit
$1,3 trilyun. Sampai dengan Oktober 2012 hutang pemerintah AS secara kumulatif telah
mencapai $16,1 trilyun, yang terdiri dari hutang publik $11,3 trilyun dan
hutang antar badan pemerintah $4,8 trilyun. Dari hutang publik ini, Cina dan
Jepang masing-masing memegang obligasi AS senilai $1,1 trilyun.
Hutang pemerintah biasanya
meningkat tajam setelah perang atau resesi, namun secara berangsur-angsur
menurun pada tahun-tahun berikutnya. Untuk kali ini hutang pemerintah AS telah
sedemikian besarnya, sedang disisi lain belum jelas benar sumber-sumber
penerimaan untuk menutup defisitnya. Perekonomian AS belum pulih benar dari
krisis 2008, pengangguran masih tinggi, neraca perdagangan masih defisit serta
harga energi yang melonjak dua kali lipat. Hal ini membuat lembaga-lembaga pemeringkat kredit mulai meninjau kembali
peringkat kredit AS. Standard and
Poors, lembaga pemeringkat paling top di dunia, walaupun masih memberi
peringkat AAA tapi untuk economic outlook-nya
diturunkan menjadi negatif. Egan-Jones
Rating Company bahkan menurunkan
peringkat kredit AS dari AAA menjadi AA+.
Salah satu sumber defisit adalah
besarnya anggaran untuk keperluan militer. AS sebagai negara super power dan selalu ingin menjadi
polisinya dunia, memerlukan angkatan bersenjata yang kuat diseluruh belahan
penjuru dunia. Sebagai gambaran , untuk tahun 2012 ini anggaran militer AS
mencapai $660 milyar atau kurang lebih Rp 6,300 trilyun. Bandingkan dengan APBN
Indonesia yang secara keseluruhan hanya mencapai Rp1,400 trilyun.
Walaupun hutang pemerintah AS
sudah sedemikian besarnya, tetapi kepercayaan duniua terhadap kemampuan AS
untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya masih cukup tinggi. Hal ini terlihat dari investasi dunia dalam
surat berharga 60% masih dalam instrumen dollar, sisanya terpecah dalam
berberapa matauang utama dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar