Pada
suatu hari, ketika pulang kuliah, kulihat kerumunan mahasiswa yang nampaknya
sedang mengantre untuk mendapatkan sesuatu. Setelah saya dekati ternyata mereka
sedang antre untuk mendapat jatah susu bubuk, keju dan terigu. Penasaran, saya
tanya kepada salah satu mahasiswa yang sedang mengantri : “Bagamana caranya
bisa dapat susu, keju dls.” “Ajukan saja, minta formulirnya, isi jumlah
keluarga dan penghasilan, nanti kalau you
qualify bisa dapat jatah.” jawabnya.
Saya
sekolah di AS membawa istri dan 4 orang anak, paling besar klas 4 paling kecil
1 tahun. Dua anak saya sudah sekolah di elementary school. Setiap
bulan saya mendapat allowance (tunjangan) dari BRI $1,900, (sekarang mungkin
bernilai sekitar $3,500) diluar biaya tution. Berbekal data ini
saya ajukan permohonan untuk mendapat jatah susu. Rupanya untuk satu keluarga
dengan 4 anak, dengan penghasilan dibawah $2,000/bulan masuk
kategori miskin, sehingga sayapun berhak mendapat jatah keju, susu bubuk dan
tepung terigu. Susu dan tepungnya terpakai, tetapi kejunya nggak pernah habis
karena anak-anak kurang suka keju. Bukan hanya itu. Anak-anak saya yang
sudah sekolah juga mendapat diskon untuk pembayaran lunch-nya.
Seharusnya tiap anak membayar $2/hari, sekarang hanya membayar $1.20
/hari. Untuk 2 anak berarti penghematan $40 sebulan. Sebagai
ilustrasi berikut adalah Poverty Guideline di AS untuk tahun
2012, diluar Hawaii dan Alaska..
2012
Poverty Guidelines for the
48 Contiguous States and the District of Columbia |
|
Persons
in
family/household |
Poverty
guideline
|
1
|
$11,170
|
2
|
15,130
|
3
|
19,090
|
4
|
23,050
|
5
|
27,010
|
6
|
30,970
|
7
|
34,930
|
8
|
38,890
|
For
families/households with more than 8 persons,
add $3,960 for each additional person. |
Sumber: US Department of
Health and Human Services.
Jadi
sebagai contoh, kalau keluarga dengan 4 anak (jumlah tanggungan 6) dan
berpenghasilan $30,000 per tahun, masuk kategori keluarga miskin. Jangan
dirupiahkan, karena daya belinya jauh berbeda. Keluarga dengan penghasilan
dibawah poverty line di AS banyak
mendapat keringanan, antara lain perawatan kesehatan, biaya sekolah dll. Namun
ini hanya untuk warganegara AS dan permanent resident, tidak untuk
mahasiswa asing seperti saya. Sebetulnya dengan tunjangan $1,900 sebulan
saya tidak merasa miskin. Teman-teman dari Departemen Keuangan waktu itu
hanya mendapat $900/bulan, sehingga tidak berani membawa keluarganya.
Ada sedikit rahasia
mengapa saya bisa mendapat tunjangan yang cukup lumayan. Waktu itu BRI belum punya pengalaman mengirim
staf untuk belajar ke luar negri. Memang sebelumnya pernah mengirim Pak Atas
Adji ke AS, tetapi dalam rangka scholarship
(bea siswa), sehingga segala urusan
ditangani lembaga yang memberi bea siswa. Saya masih ingat ketika itu pak
Permadi, Dirut, memanggil saya. “Roes, karena kita belum pernah mengirim staf
ke luar negri, coba buatkan surat edarannya (SE).” Saya susunlah SE tersebut
bersama-sama pak Midian Simanjuntak. Ketika sampai pada pasal tunjangan,
seperti biasanya nasabah BRI anvraag
kredit, saya buat setinggi mungkin. Walaupun akhirnya dipotong, tapi jumlahnya
masih lumayan. Yang senang adik-adik angkatan berikutnya, mendapat warisan
enak.
Biaya hidup di Eugene murah sekali. Perbandingannya
begini, kalau New York itu Jakarta
maka Eugene itu
kira-kira Jogya. Untuk makan rata-rata $150 per minggu (menu Amerika sudah
termasuk susu dan daging, kalau menu Indonesia bisa lebih ngirit lagi),
sewa rumah $300 (murah karena rumah milik sekolah), utilities $100. Jadi,
tiap bulan masih sisa $800-900 untuk jajan dan jalan-jalan. Saya bisa beli
mobil Toyota DX 1800 cc tahun 81 seharga $4,000. Paling enak memang kalau
merasa kaya tapi dianggap miskin.
Sumber : Ditulis
ulang dari blog.kompasiana.com/roesharyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar