Sabtu, 27 Oktober 2012

Aku Masuk Kategori Keluarga Miskin



Antara tahun 1983-1985 saya meninggalkan BRI sebentar untuk belajar di AS,  guna mengambil gelar S2. Selama 2,5 tahun saya menjadi mahasiswa di University of Oregon (UO)  dikota Eugene, Oregon.  Mengapa memilih Oregon sebetulnya asal saja. Pak Hary Supangkat, komisaris BRI waktu itu, kebetulan alumni UO, jadi ikut sarannya saja. Rupanya pilihan ini tidak salah, karena waktu itu UO menduduki rangking ke 5 terbaik untuk universitas-universitas di pantai barat. Eugene adalah sebuah kota kecil berpenduduk sekitar 100,000 orang,  termasuk diwilayah Pacific North West, sederetan dengan California dan Washington state. BRI menanggung semuanya, baik untuk biaya hidup, transportasi dan uang sekolah (tuition)
Pada suatu hari, ketika pulang kuliah, kulihat kerumunan mahasiswa yang nampaknya sedang mengantre untuk mendapatkan sesuatu. Setelah saya dekati ternyata mereka sedang antre untuk mendapat jatah susu bubuk, keju dan terigu. Penasaran, saya tanya kepada salah satu mahasiswa yang sedang mengantri : “Bagamana caranya bisa dapat susu, keju dls.” “Ajukan saja, minta formulirnya, isi jumlah keluarga dan penghasilan, nanti kalau you qualify bisa dapat jatah.” jawabnya.
Saya sekolah di AS membawa istri dan 4 orang anak, paling besar klas 4 paling kecil 1 tahun. Dua anak saya sudah sekolah di elementary school. Setiap bulan saya mendapat allowance (tunjangan) dari BRI $1,900, (sekarang mungkin bernilai sekitar $3,500)  diluar biaya tution. Berbekal data ini saya ajukan permohonan untuk mendapat jatah susu. Rupanya untuk satu keluarga dengan 4 anak, dengan penghasilan  dibawah $2,000/bulan  masuk kategori miskin, sehingga sayapun berhak mendapat jatah keju, susu bubuk dan tepung terigu. Susu dan tepungnya terpakai, tetapi kejunya nggak pernah habis karena anak-anak kurang suka keju.  Bukan hanya itu. Anak-anak saya yang sudah sekolah juga mendapat diskon untuk pembayaran lunch-nya. Seharusnya tiap anak membayar $2/hari, sekarang hanya membayar $1.20 /hari.  Untuk 2 anak berarti penghematan $40 sebulan. Sebagai ilustrasi  berikut adalah Poverty Guideline di AS untuk tahun 2012, diluar Hawaii dan Alaska..


2012 Poverty Guidelines for the
48 Contiguous States and the District of Columbia
Persons in
family/household
Poverty guideline
1
$11,170
2
15,130
3
19,090
4
23,050
5
27,010
6
30,970
7
34,930
8
38,890
For families/households with more than 8 persons,
add $3,960 for each additional person.
                    Sumber: US Department of Health and Human Services.

Jadi sebagai contoh, kalau keluarga dengan 4 anak (jumlah tanggungan 6) dan berpenghasilan $30,000 per tahun, masuk kategori keluarga miskin. Jangan dirupiahkan, karena daya belinya jauh berbeda. Keluarga dengan penghasilan dibawah poverty line di AS banyak mendapat keringanan, antara lain perawatan kesehatan, biaya sekolah dll. Namun ini hanya untuk warganegara AS dan permanent resident, tidak untuk mahasiswa asing seperti saya.  Sebetulnya dengan tunjangan $1,900 sebulan saya tidak merasa miskin. Teman-teman dari Departemen Keuangan waktu itu  hanya mendapat $900/bulan, sehingga tidak berani membawa keluarganya.
Ada sedikit rahasia mengapa saya bisa mendapat tunjangan yang cukup lumayan. Waktu itu BRI belum punya pengalaman mengirim staf untuk belajar ke luar negri. Memang sebelumnya pernah mengirim Pak Atas Adji ke AS, tetapi dalam rangka scholarship (bea siswa),  sehingga segala urusan ditangani lembaga yang memberi bea siswa. Saya masih ingat ketika itu pak Permadi, Dirut, memanggil saya. “Roes, karena kita belum pernah mengirim staf ke luar negri, coba buatkan surat edarannya (SE).” Saya susunlah SE tersebut bersama-sama pak Midian Simanjuntak. Ketika sampai pada pasal tunjangan, seperti biasanya nasabah BRI anvraag kredit, saya buat setinggi mungkin. Walaupun akhirnya dipotong, tapi jumlahnya masih lumayan. Yang senang adik-adik angkatan berikutnya, mendapat warisan enak.
Biaya hidup di Eugene murah sekali. Perbandingannya begini, kalau New York itu Jakarta maka Eugene itu kira-kira Jogya. Untuk makan rata-rata $150 per minggu (menu Amerika sudah termasuk susu dan daging, kalau menu Indonesia bisa lebih ngirit lagi), sewa rumah $300 (murah karena rumah milik sekolah), utilities $100. Jadi,  tiap bulan masih sisa $800-900 untuk jajan dan jalan-jalan. Saya bisa beli mobil Toyota DX 1800 cc tahun 81 seharga $4,000. Paling enak memang kalau merasa kaya tapi dianggap miskin.
Sumber : Ditulis ulang dari blog.kompasiana.com/roesharyanto

Tidak ada komentar: