Di internal kubu PDIP ada dua hal yang "tabu" untuk dibicarakan, yaitu soal "CAPRES" dan "CALON KETUA UMUM PDIP". Kedua hal ini merupakan hak prerogratif Ketua Umum (Megawati). Ketika partai-partai lain sudah mulai mengelus-elus jagonya, PDIP masih belum terdengan suaranya.. Semua menunggu "dawuh" Megawati. Sesuatu yang agak janggal ditubuh partai yang begitu besar ini, menyandang nama "demokrasi", didalamnya terjadi praktek-praktek yang sangat tidak demokratis. Sebagai putri Presiden RI pertama, Megawati mungkin merasa yang paling terpanggil untuk menyelamatkan negara ini dari jurang kehancuran. Namun tidak berarti bahwa dialah satu-satunya yang berhak untuk memimpin bangsa dan negara. ini. Masing-masing generasi mempunyai perannya sendiri.
Begitu pula ketika partai lain secara periodik melakukan penggantian pimpinan, PDIP tidak pernah menyinggung masalah ini. Kader-kader partai yang mencoba mengutik-utik isu yang sensitif ini dianggap sebagai pembangkang, dan dapat berakhir dengan ditendangnya dari tubuh partai.
Nampaknya kita tidak bisa mengharap akan terjadi penggantian Ketum selama Megawati masih ada. Kalau akan ada penggantianpun Megawati inginnya diganti oleh putrinya, Puan Maharani. Puan inilah satu-satunya kader yang secara intens disiapkan untuk menerima estafet kepemimpinan partai kalau suatu saat Mega lengser. Itulah sebabnya banyak kader-kader PDIP yang bagus-bagus pada keluar dari PDIP. Begitu pula saudara2-nya juga mulai meninggalkan Megawati.
Puan Maharani |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar