Senin, 27 April 2009

Tidak usah malu-malu, Golkar rujuk lagi saja dengan Demokrat

Partai Demokrat(PD) untuk saat ini resmi bercerai dengan Golkar, tapi belum sampai ke talak 3. Jadi masih mungkin sekali rujuk kembali, tanpa harus melalui perkawinan sela. Kesepakatan politik koalisi SBYdengan JK(Golkar) tidak mencapai titik temu. SBY mau dan membutuhkan Golkar untuk membentuk pemerintahan yang kuat, tapi tidak mau lagi berduet dengan JK. Sedang Golkar ngotot mengusung JK sebagai pendamping SBY untuk posisi RI 2. Setelah ditolak SBY, JK mencoba melakukan pendekatan ke PDIP untuk alternatif koalisi. Tapi sayang, langkah inipun juga tidak membuahkan hasil. Megawati nampaknya sudah semakin mesra dengan Prabowo dan sudah bulat niatnya untuk menggandeng Prabowo sebagai Cawapres. PDIP memang masih bersedia koalisi dengan Golkar, tetapi dalam kerangka membentuk pemerintahan yang kuat, bukan dalam masalah Capres-Cawapres. Prabowo sudah merupakan harga mati utnuk mendampingi Megawati. Jadi peluang JK untuk menjadi Cawapres-pun tidak ada.

Kalau pasangan Mega-Prabowo ini nanti jadi maju dalam Pilpres mendatang, akan merupakan lawan yang berat bagi SBY. Dalam waktu relatif singkat kepopuleran dan akseptabilitas Prabowo cukup tinggi. Mesin kampanyenya sangat kuat dan program-program kampanye digarap dengan baik dan terarah. Dikalangan pemilih muda Gerindra berhasil menciptakan “political awareness”. Tidak salah kalau Mega memilih mantan Danjen Kopassus ini.

JK maju sendiri?

Alternatif yang tersedia kalau JK ingin terus maju sebagai Capres, ya maju sendiri sebagai poros ke 3. Karena perolehan suaranya kurang dari 20 %, berarti Golkar harus koalisi dengan partai lain. Dengan siapa? Yang belum secara resmi menyatakan arah koalisinya tinggal PAN, PPP dan PBB. PAN sudah dapat dipastikan akan bergabung dengan kubu SBY, tinggal menunggu pernyataan resmi Sutrisno Bachir setelah bertemu dengan Amin Rais nanti. PPP masih diam saja, menunggu sampai koalisi yang terbentuk semakin mengkristal. Tapi saya kira PPP tidak akan mau bergabung dengan Golkar selama calon presidennya masih JK. Jadi kemungkinan besar PPP akan bergabung dengan PD. Apalagi PPP sudah menikmati hasil koalisi yang lalu, dengan cukup banyaknya kader-kader PPP yang mendapat posisis penting di pemerintahan SBY. Untuk PBB, perolehan suaranya kecil sekali, jadi bisalah diabaikan. Kasihan juga kalau melihat Golkar(JK) sebagai partai besar harus mengemis kesana-sini untuk mencari pasangan. Coba perhatikan, kalau Golkar ingin melakukan PDKT ke PDIP, JK sendiri yang harus datang ke Teuku Umar (Mega). Sebaliknya kalau PDIP ingin melakukan komunikasi politik dengan Golkar, hanya menyuruh Taufik Kiemas(TK) dengan Puan Maharani. Sebetulnya ketua PDIP itu Mega atau TK

Rujuk lagi dengan Demokrat ?

Melihat situasi diatas, nampaknya tidak ada jalan lain bagi Golkar kecuali kembali rujuk dengan Demokrat. Ini kalau masih mengincar kursi RI 2. Tidak usah malu-malu. Ingat, dunia politik itu tidak mengenal rasa malu, gengsi, harga diri atau integritas. Yang ada hanya kepentingan, kesempatan dan pragmatisme. PD dan Golkar saling membutuhkan. Petinggi-petinggi kedua partai perlu bicara lagi dengan kepala dingin dan tidak emosional. Tapi yang jelas Golkar jangan coba-coba mengajukan JK sebagai Cawapres. Masih ada 2 nama yang potensial, Akbar Tanjung(AT) dan Sultan X. Kedua-duanya bersedia menjadi Wapres. Kalau harus memilih saya lebih condong ke AT. AT pengalaman politik dan birokrasinya sangat kaya. Disampaing itu duet Jawa-Non-Jawa kayanya lebih bisa diterima oleh seluruh rakyat Indonesia. Masih ada waktu sampai 9 Mei nanti. Politik itu cair sekali, segalamya masih bisa berubah.

Tidak ada komentar: