Jumat, 24 April 2009

Sesudah SBY-JK bercerai

Tanda-tanda SBY tidak mau berduet lagi dengan JK terlihat ketika SBY mengumumkan kriteria untuk menjadi Cawapres. Disitu disebutkan bahwa Wapres mendatang harus bukan Ketua Umum suatu partai. Ketika tim perunding Golkar tetap mengajukan JK sebagai calon tunggal Wapres, Parta Demokrta menrespons dengan meminta agar Golkar mengajukan lebih dari 1 nama. Nah ini tambah jelas lagi kalau SBY sudah tidak mau lagi dengan JK.
Mengapa SBY tidak mau lagi dengan JK, ini menarik untuk dikaji. Rupanya selama hampir 5 tahun ini SBY ibaratnya memelihara anak macan, setelah besar tetap saja menggigit tuannya. JK dinilai sering mengambil langkah-langkah yang melampaui kapasitasnya sebagai Wapres. Rakyat menilai JK buakan saja tidak dapat bekerja sama dengan SBy, tetapi juga terkesan tidak loyal dan tidak tulus, Kata pepatah, bagaikan api dalam sekam atau sering menggunting dalam lipatan.
Setelah ditolak SBY, nampaknya JK tersinggung sehingga dia memutuskan untuk maju sendiri sebagai Capres. Kelihatannya ini sebagai keputusan partai, tetapi sebetulnya bukan. Ini lebih banyak didiorong reaksi emosional JK yang didukung sebgian kecil pimpinan Golkar. Sebagian petinggi Golkar yang lain tetap menghendaki Golkar berkoalisi dengan PD. Kalau Jk tidak dapat diterima SBY, ya ajukan calon lain. Menurut saya sebetulnya masa keemasan JK sudah beralhir, baik sebagai Wapres maupun sebagai Ketua Umum Golkar. Ada tuntutan untuk menyelenggarkan Munaslub, dengan salah satu agenda meminta pertanggungan jawab JK mengenai kekalahan Golkar dalam Pemilu 2009.
Untuk maju sebagai Capres Jk jelas harus berkoalisi dengan partai lain. Golkar merapat lagi dengan PDIP. Tetapi Golkar juga harus realistis, kalau menggandeng PDIP apa tetap ngotot mau jadi Presiden, karena Mega sudah jauh-jauh hari menyatakan mau maju sebagai Capres. Lantas, kalau menerima posisi sebagai wapres terus Prabowo dikemanakan. Kalau Mega akan mengambil JK sebagai Wapres, sudah hampir pasti Prabowo akan keluar dari kubu PDIP. Jadi, Mega harus memilih antara JK dengan Prabowo. Suatu pilihan yang tidak mudah. Untuk membentuk pemerintahan yang kuat , baik disisi eksekuitf maupun legislatif, Mega memerlukan Golkar. Tetapi untuk memenangkan Pilpres figur JK kurang menjual. Prabowo akseptabilitasnya lebih tinggi. Disampihg itu Prabowo mesin kampanyenya kuat sekali. Harus saya akui selama Pemilu ini kampanya yang saya nilai paling terarah dan efektif adalah dari Gerindra, khususnya yang menggunakan media masa.
Jadi, kalau Mega tetap akan mengambil JK sebagai pendamping, maka slkenarionnya kira-kira Prabowo akan maju sendiri sebagai Capres menggandeng Hanura, PBB dan partai-partai kecil lainnya. Jadi kira-kira akan ada 3 pasang Capres-Cawapres. Pemilu ini terlalu mahal dan melelahkan, Kita berharap Pilpres nanti cukup satu putaran saja.

1 komentar:

Tuhaya mengatakan...

menurut APINDO dalam wawancara MetroTV) , katanya JK merupakan orang yang mengerti ekonomi dan dapat diandalkan untuk memimpin bangsa. saya sih orang awam, jadi setuju aja dengan mereka (APINDO)