Jumat, 10 April 2009

Pemilu Legislatif usai, menuju Pilpres 2009

Pemilu Legislatif telah selesai dilaksanakan. Tanpa menunggu hasil perhitungan final KPU, dari berbagai quick count sudah dapat diketahui bahwa Partai Demokrat menduduki nomer 1 dalam perolehan suara. Apa arti kemenangan Partai Demokrat ini? Ini adalah pesan yang sangat jelas bahwa rakyat menghendaki agar Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tetap diberi kepercayaan sebagai presiden untuk 5 tahun lagi. Logikanya sederhana, supaya SBY bisa maju lagi dalam Pilpres mendatang kita berikan suara sebanyak-banyaknya ke Partai Demokrat.

Dengan perolehan suara sebesar 20 % lebih, SBY sebetulnya bisa maju sendiri sebagai Capres tanpa dukungan partai-partai lain. Tetapi untuk kestabilan politik dimasa mendatang SBY perlu berkoalisi dengan partai lain. Koalisi bukan hanya sekedar untuk mencari Cawapres, tetapi juga untuk membentuk pemerintahan yang kuat mengingat sangat dominannya peran DPR di stelsel ketatanegaraan kita sekarang ini. Artinya, hasil koalisi ini nantinya juga akan membuat pemerintah kuat di DPR.

Koalisi dengan siapa?

Untuk membentuk pemerintahan yang kuat ada dua partai besar yang sangat efektif untuk digandeng, yaitu : PDIP dan Golkar. PDIP jelas tidak mungkin karena kubu Megawati nampaknya sudah patah arang dan menyatakan SAY NO TO SBY, dan memilih lebih baik jadi oposisi daripada berkoalisi dengan SBY. Jadi, pilihan tinggal pada Golkar. Golkar adalah partai yang sangat berpangalaman dan mempunyai infrastruktur politik dan birokrasi yang kuat sampai ke daerah-daerah. Jelas SBY membutuhkan Golkar, walaupun tidak harus Jusuf Kalla (JK). Perolehan suara Golkar yang berada dibawah PDIP menunjukkan bahwa figur JK ternyata tidak mampu menggaet suara rakyat. Berbeda dengan PDIP yang tidak mempunyai kader-kader pemimpin yang kuat, Golkar kaderisasinya termasuk bagus. Banyak tokoh-tokoh Golkar yang layak memimpin partai yang besar ini maupun layak maju sebagai pemimpin negara ini. Ada Akbar Tanjung, Surya Paloh, Aburizal Bakrie, Sri Sultan X, Agung Laksonso, untuk menyebut beberapa diantaranya. Dari beberapa nama diatas saya pribadi menilai hanya Sri Sultan yang paling pas mendampingi SBY. Tapi Sri Sultan kan juga ingin jadi Presiden. Masalah lain, mungkinkah salah satu figur ini maju sebagai Cawapres mewakili Golkar mengingat JK sudah menyatakan maju sebagai Capres dari partai yang sama.

Kalau Golkar tidak mungkin, maka masih ada PKS, PAN, PPP atau PKB yang bisa diajak koalisi. Tetapi menurut saya tidak Gerindra atau Hanura.

Bagaimana nasib JK?

Sebagaimana SBY, JK-pun perlu berkoalisi dengan partai lain untuk bisa maju sebagai Capres. Apalagi perolehan suara Golkar dibawah 20 %. Beberapa waktu yang lalu, sebelum Pemilu, nampak tanda-tanda pendekatan Golkar-PDIP. Kalau betul-betul JK akan berkoalisi dengan Megawati, sekarang posisi tawar JK tidak kuat lagi mengingat perolehan suara Golkar dibawah PDIP. Jadi JK harus bersedia maju sebagai Cawapres. Kalau hanya sebagai Wapres, mengapa dulu harus pisah dari SBY. Kans untuk tetap jadi Wapres masih tetap besar dengan terus berduet dengan SBY dibanding kalau maju sendiri dengan Megawati. Rakyat sudah merasakan bagaimana Mega memimpin negara ini selama 3 tahun. Menurut saya enough is enough.

Dengan tetap menjadi Wapres-nya SBY kesempatan untuk maju sebagai Capres di tahun 2014 cukup besar(kalau tidak dianggap terlalu tua), mengingat dia tidak harus bersaing dengan incumbent.

Tidak ada komentar: