GOLKAR maju dengan Capres sendiri
Sampai beberapa saat yang lalu belum terlihat apakah GOLKAR akan maju dengan Capresnya sendiri atau tidak. Mungkin menunggu sampai Pemilu Legislatif. Kalau hasilnya bagus mungkin maju sendiri. Ketika JK menolak sistem "Konvensi nasional" untuk memilih Capres, saya langsung menangkap bahwa sang Ketua Umum akan maju sendiri. Sebab kalau melalui konvensi belum tentu JK yang kepilih. Masih banyak kader-kader Golkar lain yang juga potensial. Sayang, sebetulnya sistem konvensi ini memberi citra bahwa Golkar partai yang maju sekali. Partai-partai lain belum ada yg berani menggunakan sistem konvensi.
Pernyataan Mubarok, salah satu ketua Partai Demokrat, yang menyatakan kalau Golkar hanya memperoleh 2,5 % suara di pemilu nanti maka Partai Demokrat akan mencari Cawapres yang lain nampaknya membuat berang seluruh jajaran Partai Golkar. Golkar sebagai partai yang besar tersinggung, hingga memutuskan akan maju dengan calonnya sendiri. Pengarahan Surya Paloh, Ketua Dewan Penasehat Parati Golkar, bahwa Golkar masih mempunyai calon internal yang potensial nampaknya juga membuat JK tersinggung, sehingga memutuskan untuk menerima penacalonannya sebagai Capres. Saya melihat move Golkar ini agak terburu-buru dan emosioanal.
Kans SBY terpilih lagi
Sebagai incumbent SBY mempunyai banyak keuntungan. Apa yang dikatakan , apa yang dikerjakan sehari-hari bisa jadi bahan kampanye. Sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh calon-calon yang lain. Dari penurunan harga BBM, peresmian proyek-proyek sampai perayaan Cap Go Meh, bisa diatur untuk kepentingan politiknya. Jadi, kalau lawannya masih orang-orang lama, seperti : Megawati, Gus Dur, Wiranto, Sultan X, Akbar Tanjung, dan juga JK, pasti SBY yang kepilih lagi.
Megawati adalah masa lalu. Megawati tidak pernah melakukan komunikasi politi dengan baik. Rakyat tidak pernah tahu apa maunya Mega sebagai presiden, karena dia tidak pernah "bicara". Munculnya Megawati sebagai pemimpin lebih banyak didorong oleh faktor kasihan, karena dia sering di-zalimi, baik pada saat jamannya Pak Harto maupun waktu pemerintahan Gus Dur. Sama seperti mencuatnya nama SBY dulu, setelah rakyat merasa dia telah di-zalimi Megawati. Itulah psikologi atau sinetorn politik.
Bagaimana dengan Gus Dur? Salah satu kebodohan bangsa ini ialah telah memilih Gus Dur sebagai presiden. Kalau Gus Dur berbuat yang aneh-aneh itu bukan salah Gus Dur, tetapi salah yang memilih. Kita semua siudah tahu bahwa Gus Dur orangnya aneh dan penuh kontraversi.
Jadilah Wapres yang baik
Jadi, menurut saya untuk Pilpres mendatang JK sebaiknya maju sebagai pendamping SBY atau wapres saja, Untuk 5 tahun mendatang tunjukakan bahwa JK memang Wapres yang baik, bisa bekerja sama dengan Presiden, tulus dan loyal. Karena selama ini kesan rakyat JK tidak dapat bekerjasama dengan SBY. Untuk 5 th kedepan JK mempunyai kesempatan untuk memperbaiki citranya dan membuktikan bahwa bisa menjadi Presiden yang baik.
Capres tahun 2014
Nah untuk Pemilu 2014 baru JK maju sebagai Capres. SBY sudah tidak mungkin mencalonkan lagi, JK mempunyai banyak kesempatan untuk kampanye dan merebut simpati rakyat. Daripada maju sebagai Capres, terus kalah, nanti malah jabatan wapres juga hilang.
Tapi itu lebih banyak untuk kepentingan JK sebagai pribadi. Golkar sebagai partai besar tentu punya pendapat lain. Itu juga kalau tidak ada Calon-calon lain Golkar yang mau maju sebagai Capres. Akbar Tanjung saya kira ingin juga maju sebagai Capres.
Senin, 23 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Jangan kebelet dulu lihat saja nanti setelah 9 April saya yakin hasilnya merata jadi jangan sok optimis, lihat saja !
Posting Komentar